Kerja sama itu memungkinkan adanya kerja sama antarpeneliti, antarekonom untuk merancang kebijakan ekonomi yang tepat, dan adanya perdagangan lintas batas memungkinkan distribusi pangan serta bahan pokok lainnya tidak terganggu
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pengamat lewat sebuah panel diskusi di Jakarta, Senin, berpendapat dua pertemuan tingkat tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengenai penanggulangan COVID-19 pada bulan ini kurang menunjukkan langkah konkret menghadapi dampak wabah secara kolektif.
Dua pertemuan itu, "Special ASEAN Summit on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)" dan "Special ASEAN Plus Three Summit on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)" diadakan oleh ASEAN melalui sambungan konferensi video via Internet pada 14 April. Pertemuan kedua atau "ASEAN Plus Three" tidak hanya dihadiri oleh perwakilan dari 10 negara anggota ASEAN, tetapi juga tiga negara tetangga, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan.
"Dua dokumen yang dihasilkan dua pertemuan tersebut, mereka (negara-negara peserta pertemuan) tidak menyebut kata 'menyetujui' tetapi 'memutuskan' sehingga dapat diartikan pernyataan bersama itu bukan persetujuan untuk mewujudkan sebuah ide, tetapi hanya berupa usulan berbuat sesuatu," kata Dr Shafiah Muhibat, Kepala Departemen Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga think-tank di Jakarta.
Shafiah menyebutkan poin yang jadi sorotan dua pertemuan itu, salah satunya usulan menghimpun dana khusus penanggulangan COVID-19 di kawasan atau "ASEAN COVID-19 Response Fund". Akan tetapi, organisasi itu tidak menjelaskan lebih lanjut tahapan merealisasikan usulan tersebut, tambah pengamat hubungan internasional itu.
Baca juga: Presiden Jokowi: 3 negara mitra ASEAN jadi kunci untuk atasi COVID-19
Baca juga: KTT ASEAN Plus 3 hasilkan 9 komitmen bersama lawan COVID-19
"Saat berbicara mengenai dana, dua dokumen itu tidak menyebutkan apakah dana tersebut disumbangkan secara sukarela atau ada jumlah tertentu yang harus dibayarkan negara tertentu. Jika kita berpikir lebih lanjut, apakah Indonesia siap mengalokasikan sejumlah uang untuk dana penanggulangan COVID-19 ASEAN? Jika dana itu resmi dibentuk, tampaknya sulit membayangkan sejumlah dana akan dialokasikan untuk keperluan tersebut," terang Shafiah.
Tidak hanya soal usulan dana, dua pertemuan itu, menurut Shafiah, menyebutkan sejumlah pernyataan kurang menunjukkan ada langkah baru yang akan ditempuh para pemimpin ASEAN guna menghadapi wabah.
"Beberapa pernyataan menggunakan kata penguatan kerja sama, peningkatan kapasitas, tetapi ungkapan itu mengasumsikan ada kerja sama kesehatan yang telah berjalan antarnegara anggota ASEAN," jelas dia.
Walaupun demikian, Kepala Program Kajian ASEAN The Habibie Center, A Ibrahim al Muttaqi berpendapat dua pertemuan itu tetap memberi pesan penting terlepas dari adanya kritik.
"Beberapa pihak mungkin berpendapat pertemuan itu sebatas acara simbolis, tetapi saya tidak sepakat, karena pertemuan tingkat tinggi merupakan pengingat bagi para pemimpin negara bahwa mereka tidak sendiri menghadapi pandemi ini," terang Ibrahim saat sesi diskusi bertajuk "ASEAN after COVID-19: What's Next" yang diadakan CSIS.
Menurut Ibrahim, kerja sama internasional merupakan salah satu cara menghadapi pandemi COVID-19.
"Kerja sama itu memungkinkan adanya kerja sama antarpeneliti, antarekonom untuk merancang kebijakan ekonomi yang tepat, dan adanya perdagangan lintas batas memungkinkan distribusi pangan serta bahan pokok lainnya tidak terganggu," terang pengamat ASEAN dari The Habibie Center, lembaga think-tank yang berpusat di Jakarta.
10 negara anggota ASEAN menggelar pertemuan tingkat tinggi khusus mengenai penanggulangan COVID-19 di kawasan dan temu tingkat tinggi lainnya bersama Jepang, China, dan Korea Selatan pada hari yang sama, 14 April.
Pertemuan pertama dipimpin oleh Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phuc, yang pada tahun ini menjabat sebagai Ketua ASEAN. Acara tersebut menghasilkan sembilan poin deklarasi berisi komitmen para pemimpin negara-negara anggota untuk bekerja sama menghadapi pandemi COVID-19.
Sementara itu, pertemuan kedua, yang juga dipimpin oleh Nguyen Xuan Phuc menghasilkan 18 pernyataan bersama (joint statement) mengenai komitmen menanggulangi wabah secara kolektif antara 10 anggota ASEAN dan tiga negara tetangga, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan.
Baca juga: PM China ajak ASEAN kembangkan obat dan vaksin COVID-19
Baca juga: Presiden yakini ASEAN Plus Three dapat atasi krisis akibat COVID-19
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020