Cilegon (ANTARA News) - Emisi gas buang kendaraan dan kadar debu merupakan penyumbang terbesar buruknya kualitas udara di Cilegon, Banten.
"Dari beberapa kali pemantauan kualitas udara, tetap di lokasi tersebut hidrokarbonnya tinggi dan kita belum bisa menetralisirnya," kata Kepala Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Cilegon, Rasmi Widyani, di Cilegon, Jumat.
Di beberapa lokasi di dalam kota kandungan hidrokarbonnya terbilang sangat tinggi, melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan.
Selain minimnya melakukan pemantauan kualitas udara, Cilegon tidak mempunyai ruang terbuka hijau (RTH) dan pohon pelindung.
Untuk pemantauan kualitas udara tahun 2009 dilakukan di 24 titik, yaitu di wilayah industri, pemukiman penduduk dan jalur lalu lintas padat.
Hasil dari pemantauan di beberapa titik itu belum bisa di ketahui, karena harus menunggu hasil pengujian di laboratorium, kata Rasmi. Sementara dari hasil pemantauan BLH Kota Cilegon tahun lalu, hidrokarbon dan debu masih tinggi dua kali lipat dari batas normal.
"Di titik yang lalu lintas nya padat hidrokarbon seharusnya 160 mikrogram dari hasil pemantauan tercatat 500 mikrogram," kata dia.
Dijelaskan, ke depan untuk menetralisir hidrokarbon, BLH Kota Cilegon akan melakukan penanaman pohon di titik pemantauan udara dan melakukan upaya kerjasama dengan instansi lain seperti dengan Dinas Perhubungan untuk melakukan uji emisi kendaraan secara berkala.
"Kami juga merencanakan menyiapkan daerah lahan hijau yang lokasinya di bekas Pasar Baru," kata Rasmi.
Sementara RTH yang ada di Cilegon merupakan lahan ruang hijau milik pabrik baja PT Krakatau Steel.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009