Padang (ANTARA News) - Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Gamawan Fauzi menyesalkan razia aparat keamanan di tengah laut terhadap kapal wisata yang ditumpangi peserta fun trip dalam rangka promosi wisata "Sumatera International Travel Fiar" (SITF) 2009.
"Saya telah dapat laporan itu, dan lain kali jika ada pemeriksaan cukup dilakukan setelah kapal sandar atau sebelum berangkat dan jangan saat berjalan (berlayar di tengah laut)," kata Gamawan kepada ANTARA di Padang, Jumat malam.
Hal itu disampaikannya, menanggapi pemeriksaaan kapal wisata ditumpangi 18 peserta (enam diantaranya beserta asal Australia dan Eropa) "fun trip SITF" oleh aparat keamanan di tengah laut saat berlayar menuju Pulau Wisata, Sikuai, Padang.
SITF berlangsung di Padang, 4 hingga 8 Juni 2009 dan menurut rencana dibuka Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, Jero Wacik, Sabtu.
Menurut gubernur, kejadian itu (razia kapal wisata di tengah laut, red) akan membuat wisatawan menjadi malas datang lagi ke Sumbar, apalagi orang berwisata ingin semuanya lancar.
Disisi lain, gubernur menghormati pemeriksaan yang dilakukan aparat keamanan jika ditujukan untuk kepentingan ketertiban, keamanan dan penegakan hukum.
"Namun yang disayangkan mengapa, kapal itu diperiksa saat berjalan di tengah laut, kenapa tidak diawal berangkat atau saat tiba di daerah tujuan baru diperiksa," katanya.
Kita berfikir positif soal pemeriksaan itu tapi jangan sampai terganggu kenyamanan wisatawan, karena orang yang datang akan pergi dengan kesan yang tidak baik, tambahnya.
Terkait masalah itu, Gamawan menyebutkan telah mengkoordinasikan dengan pihak kepolisian di bawah jajaran Polda Sumbar.
Gubernur berharap, kejadian ini tidak lagi terjadi dan apa yang telah terjadi itu menjadi masukan yang baik dan tetap sama-sama berfikir positif.
"Kita sama-sama aparat dan semua memang berniat baik, cuma masalah penataan prosedur harus lebih diatur agar tidak menghambat wisatawan," tambahnya.
Gamawan menyatakan, dalam hal ini tidak mengalahkan institusi dan tetap hormati institusi aparat keamanan dan berharap kedepan ada kebijakan yang terstandar sehingga aparat dan agen wisata dapat melaksanakan tugas masing-masing dengan baik.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Buat aparat, kita kan memang sudah kehilangan rasa familiar. Kenapa pariwisata Indonesia tidak mampu bersaing di pasar dunia karena memeng di negeri ini koordinasi, kolaborasi hanya diatas kertas dan dibibir. Selanjutnya egoisme departemen itu lebih tinggi. Jadi mau acara kecil besar se klas WOC kemarin bukan menjadi alat promosi efektif, tetapi justru menjadi negatif marketing untuk industri pariwisata Indonesia. Kalau kita mau jujur, harus mengakui Menado itu baby premature- nya MICE Indonesia, salah satu akibat kurangnya rasa saling mendukung, melengkapi dan memperkuat antar institusi terkait. Baik itu pemerintah, industri maupun masyarakatnya. Promosi acaranya sich heboh, pelaksanannya amburadul. We conference on the ruin or the conference and the building development sama- sama on progress???, He he