"Hotel di Palembang dan sejumlah daerah Sumsel lainnya berupaya tetap buka atau bertahan beroperasi dengan melakukan berbagai efisiensi dan merumahkan sebagian karyawan," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Selatan, Herlan Aspiudin di Palembang, Minggu.
Dengan melakukan efisiensi tersebut, sebagian besar hotel di provinsi ini masih bisa bertahan beroperasi meskipun secara bisnis merugi karena okupansi atau tingkat hunian kamar mengalami penurunan drastis hingga 95 persen.
Sedangkan hotel yang tidak mampu mempertahankan operasionalnya mengambil kebijakan menutup sementara dan sistem buka tutup.
Sebagai gambaran, hotel berbintang di Kota Palembang yang melakukan penutupan sementara sebagai dampak menurunnya tingkat hunian kamar ada lima yakni Hotel Santika Bandara, Aryaduta, Sandjaya, Shofa Marwah, dan Hotel Sentosa.
Sedangkan di luar Palembang ada enam hotel yang tutup sementara yakni Hotel Daffam Lubuk Linggau, Note Hotel dan Hotel Grand Citra Prabumulih, Penginapan dan Resto Lagenda, Hotel/ Villa Mentari, serta Hotel Permata Bunda di Pagaralam.
Jika penyebaran wabah COVID-19 terus meluas keadaan tersebut bisa semakin buruk dan akan lebih banyak lagi hotel yang tutup serta karyawan yang dirumahkan bahkan di-PHK.
Tingkat hunian kamar hotel di Palembang dan daerah Sumsel lainnya bergerak turun sejak Februari dan hingga April 2020 sekitar 5-10 persen dari kapasitas kamar tersedia.
Untuk mengatasi anjloknya tingkat hunian kamar hotel dampak pandemi COVID-19 agar tetap bisa beroperasi dan mencegahnya terjadinya PHK, pihaknya mendorong manajemen hotel terus melakukan berbagai efisiensi serta membuat paket promo, ujar Herlan.
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020