Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Militer Pakistan hari Kamis menangkap deputi dan jurubicara seorang ulama garis keras yang merundingkan perjanjian Februari di Swat antara Taliban dan pemerintah, kata seorang menteri.

Orang-orang itu ditangkap selama penyerbuan di kota Amandara di daerah Malakand, Pakistan baratlaut.

"Mohammad Alam, deputi dari Soofi Mohammad, dan jurubicara Ameer Izzat bersembunyi di bangunan sebuah pesantren ketika mereka ditangkap bersama sejumlah militan," kata Menteri Penerangan Provinsi Perbatasan Baratlaut (NWFP) Mian Iftikhar Hussain kepada AFP.

Perjanjian dengan ulama itu, yang menetapkan pemberlakuan hukum sharia bagi tiga juta orang di kawasan tersebut sebagai imbalan atas perdamaiamn di wilayah baratlaut, menjadi kacau ketika Taliban bergerak maju dalam jarak 100 kilometer dari Islamabad lebih dari enam pekan lalu.

Jurubicara utama militer Mayjen Athar Abbas juga mengkonfirmasi penangkapan-penangkapan pada Kamis itu.

"Militer menyerbu pesantren tersebut setelah memperoleh petunjuk intelijen bahwa sebuah pertemuan teroris sedang berlangsung di sana," katanya kepada AFP.

Ia menambahkan bahwa Alam, Izzat, seorang ulama lain bernama Mohammad Wahab serta tiga militan Afghanistan telah ditangkap.

Abbas menolak berkomentar ketika ditanya apakah pasukan keamanan juga mengikuti Soofi Mohammad.

Seorang pejabat keamanan yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, Izzat dan dua pembantu lain ulama tersebut "kemudian dipindahkan ke sebuah lokasi yang dirahasiakan untuk diinterogasi".

Kawasan suku Pakistan dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Militer Pakistan menyatakan, lebih dari 1.300 militan tewas dalam ofensif yang diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei, namun angka itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009