Kairo (ANTARA News/Reuters) - Presiden Barack Obama, Kamis, menyerukan sebuah permulaan baru dalam hubungan Amerika Serikat dan dunia muslim dengan menunjuk kesulitan-kesulitan seputar konflik Arab-Israel, dua perang pimpinan AS dan ketegangan menyangkut Iran.
Berbicara kepada satu miliar penduduk muslim dunia dari Kairo, Mesir, Obama menjamin dilanjutkannya status negara kepada Palestina, menyatakan tentara AS tak ingin tinggal lama di Irak atau Afghanistan dan menawarkan kesaling pengertian kepada musuh abadinya Iran.
Pidato besarnya yang kerapkali terhenti oleh teriakan "kami mencintaimu," disambut luas oleh banyak kalangan karena menawarkan pesan segar sepeninggal pemerintahan George W. Bush, kendati sejumlah kalangan menunjukkan frustasinya bahwa Obama tidak menjabarkan secara spesifik mengenai langkah-langkah dalam mengubah kebijakan luar negeri AS.
"Kita bertemu pada satu masa tegang antara Amerika Serikat dan kaum muslim seluruh dunia, ketegangan itu berakar dalam kekuatan sejarah yang jauh mendahului debat kebijakan yang terjadi kini," kata Obama dalam pidato yang memasukkan pula salah satu ayat suci Alquran.
"Saya datang ke sini untuk menggapai permulaan baru diantara Amerika Serikat dan umat muslim seluruh dunia, yang didasarkan pada kepentingan yang saling menguntungkan dan saling menghormati.
"Amerika dan Islam tidaklah eksklusif, dan tidak perlu berkompetisi. Kecurigaan dan perbedaan pendapat ini harus berakhir," kata Obama.
Pemilihan Kairo sebagai tempat pidato Obama menggarisbawahi fokus kebijakan Obama ke Timur Tengah dimana dia menghadapi tantangan kebijakan luar negeri yang hebat di kawasan ini, dari mencoba menghidupkan kembali perundingan Israel-Palestina sampai melunakkan ambisi nuklir Iran yang dituduh Washington sedang membangun bom atom namun dibantah Teheran.
Sabar
Meskipun pemerintahan Obama berupaya mengendurkan ekspektasi beberapa hari belakangan ini mengenai apa yang menjadi sasaran pidato Obama, ada harapan besar di kawasan itu bahwa dia akan mengambil langkah lebih tegas perihal Israel dengan mewujudkan kata-katanya itu dengan tindakan.
Obama juga hanya sedikit menawarkan pembahasan rinci mengenai demokrasi, penegakkan hukum dan hak asasi manusia di dunia Arab, masalah-masalah yang sebenarnya diharapkan banyak kalangan bisa didengar dari pidatonya itu.
Obama yang ingin membangun koalisi dengan banyak pemerintahan muslim demi mendukung langkah-langkah diplomatiknya, mempertegas komitmennya tentang solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.
"Solusi ini adalah demi kepentingan Israel, kepentingan Palestina, kepentingan Amerika dan kepentingan dunia. Inilah alasan mengapa saya secara pribadi bertekad untuk melanjutkan upaya ini dengan kesabaran yang dibutuhkan dalam misi ini," kata Obama.
Dia menyatakan Palestina harus meninggalkan kekerasan dan mendesak mereka untuk mengakui hak eksistensi Israel, sebaliknya Israel harus menghentikan pembangunan permukiman di daerah pendudukan di Tepi Barat.
"Pidato Presiden Obama adalah awal baik dan langkah penting berkenaaan dengan kebijakan luar negeri AS yang baru," kata pejabat Palestina Nabil Abu Rdainah.
Obama menyatakan Iran harus diberi kesempatan untuk mengembangkan energi nuklir demi tujuan damai, sebaliknya harus mematuhi kesepakatan internasional mengenai non proliferasi (anti penyebaran) senjata nuklir.
"Ini sama sekali tidak berkaitan dengan kepentingan Amerika. Ini menyangkut pencegahan perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah yang akan mengantarkan kawasan ini dan dunia jatuh ke bagian yang paling membahayakan," papar Obama.
Obama menyatakan Amerika Serikat tidak berminat mempertahanan pangkalan militernya di Afghanistan dan menyatakan Washington memiliki tanggungjawab untuk meninggalkan Irak demi bangsa Irak dan membangun negeri itu untuk masa depan Irak yang lebih baik.
"Pidato ini sangat menginspirasi dan saya kira banyak orang akan menyambutnya, karena dia mencoba untuk bersikap netral, jujur dan objektif," kata Khalil al-Anani, analis politik pada Yayasan Al-Ahram yang berbasis di Mesir.
Namun reaksi sebaliknya ditunjukkan sejumlah kalangan. "Dunia Islam tidak membutuhkan pidato moral atau politik. Dunia Islam membutuhkan perubahan fundamental dalam kebijakan luar negeri Amerika," kata Hassan Fadlallah, seorang anggota legislatif Lebanon dari faksi Hizbullah.
Mohamed Habib, Wakil Ketua Ikhwanul Muslimin Mesir, lain lagi, dia menyebut pidato Obama sebagai tidak lebih dari sekedar pernyataan humas.
Sementara pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan "pesan" kepada Obama sebelum Presiden AS itu berpidato, bahwa Amerika sangat dibenci di kawasan Timur Tengah dan hanya tindakan, bukan kata-kata, yang bisa mengubah pandangan ini. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009