Kabul,(ANTARA News) - Sebuah bom yang ditanam oleh kelompok gerilyawan menewaskan seorang tentara asing yang bertugas dengan NATO di Afghanistan selatan, medan perang yang paling banyak menelan korban dalam perang melawan gerakan garis keras Taliban, kata aliansi tersebut Rabu.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) mengeluarkan pernyataan singkat yang tidak menjelaskan mengenai kebangsaan serdadu yang tewas Selasa itu, demikian dikutip dari AFP.

Sebagian besar tentara yang ditugaskan di sana adalah dari Amerika selatan, Inggris dan Kanada.

"Seorang prajurit Pasukan Bantuan Keamanan Internasional tewas akibat suatu ledakan bom buatan yang dilakukan oleh kaum pemberontak di Afghanistan selatan, kemarin," kata pernyataan itu.

Di tempat tersebut sering terjadi serangan mematikan terhadap sebagian besar tentara ISAF pada beberapa hari terakhir ini, pada saat pemberontakan yang dipimpin Taliban semakin meningkat.

Seorang serdadu Amerika Serikat (AS) pada pasukan yang datang dari 40 negara itu juga tewas dengan seorang penerjemah dalam serangan bom di provinsi timur Paktya Selasa.

Empat tentara AS lainnya tewas dalam dua ledakan bom di provinsi Wardak, dekat Kabul, Senin.

Kematian yang dilaporkan Rabu menjadi jumlah korban tentara asing mencapai 123 orang, di Afghanistan sepanjang tahun ini. Sebagian besar dari mereka tewas dalam serangan, menurut penghitungan yang dilakukan oleh laman Internet icasualties.org.

Juru bicara ISAF, Brigjen Richard Blanchette, mengatakan dalam pernyataan itu, bahwa serangan-serangan semacam adalah ledakan bom terakhir yang dilakukan para gerilyawan yang tidak setuju terhadap negara-negara yang berkomitmen untuk menegakkan stabilitas di Afghanistan.

ISAF yang mencapai kekuatan 58.000 tentara dikirimkan ke sana berdasarkan mandat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), untuk membantu situasi yang rentan pasca pemerintahan Taliban.

Penugasan mereka dilakukan bersama dengan pasukan koalisi yang dipimpin AS, dalam "Operation Enduring Freedom" yang telah menumbangkan rezim Taliban pada 2001.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009