Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun di perdagangan Asia, Rabu, menyusut dari level tertinggi tujuh bulan karena para pedagang melakukan aksi ambil untung, kata para analis.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, turun 36 sen menjadi 68,19 dolar AS per barel, demikian dikutip dari AFP.

Minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Juli, berkurang 41 sen menjadi 67,76 dolar AS.

"Kenaikan itu terlalu cepat," kata Tony Nunan, manajer risiko pada Mitsubishi Corp di Tokyo, menambahkan bahwa ia memperkirakan harga naik dalam jangka pendek tandem denga "rally" yang terlihat di pasar-pasar ekuitas global.

"Kecenderungannya naik, karena saham menguat dan dolar melemah," kata Nunan.

Pelemahan mata uang AS membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah untuk para pemegang mata uang asing kuat, yang pada gilirannya menstimulus permintaan dan mendorong harga naik.

Pasar juga terpengaruh oleh laporan bahwa beberapa anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mentaati perjanjian penurunan produksi, kata analis lainnya.

"Di sana yang pasti ada beberapa aksi ambil untung, kami mendapat beberapa laporan tentang produksi OPEC yang bergerak naik untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir," kata John Kilduff dari MF Global.

"Dengan demikian di sana ada obrolan pasar tentang penghianatan."

OPEC yang memproduksi sekitar 40 persen minyak mentah dunia, menurunkan target produksinya tiga kali pada akhir tahun lalu, untuk menstabilkan harga yang jatuh dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli menjadi 32,40 dolar AS pada Desember.

Grup yang pekan lalu memutuskan untuk mempertahankan produksinya tak berubah di tengah sinyal pemulihan ekonomi dan naiknya harga minyak mentah, mempengaruhi harga melalui penentuan kuota produksi, dengan para anggota diberikan target produksi individu.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009