Denpasar (ANTARA News) - Walaupun penggunanya belum terlalu banyak dibandingkan pemakai telepon seluler bisa, namun sisi bisnis di era Blackberry yang berbasis teknologi multimedia dinilai jauh lebih menjanjikan.
"Pengguna Blackberry sudah merambah kalangan siswa dan mahasiswa yang jumlahnya sangat banyak. Mereka juga menginginkan kemudahan akses internet setiap saat. Ini tentunya memberikan peluang bisnis yang lebih besar," kata Isra Ruddin dari PT Piramid Telekom di Denpasar, Selasa.
Division Head Integrated Marketing Communication & Pablic Relations perusahaan distributor resmi penjualan Blackberry di Indonesia itu juga beralasan bahwa "handset" alat komunikasi tersebut sudah menjadi kebutuhan semua kalangan, sehingga omset penjualannya akan terus meningkat.
"Harga BB yang lebih mahal, rata-rata berkisar Rp5 juta - Rp6 juta, walaupun omsetnya belum seberapa tentunya juga memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan telepon seluler biasa dengan harga ratusan ribu hingga satu-dua juta rupiah. Sekarang ini ada kecenderungan memilih beli BB ketimbang handphone sampai seharga Rp2 juta," katanya.
Mengenai omset penjualan, menurut Isra Ruddin, di Denpasar saja sebulan bisa mencapai 1.500 unit atau rata-rata 50 unit BB per hari. Padahal pasar potensial penjualan BB tidak hanya kota-kota di Jawa, tetapi juga sudah merambah hampir semua kota besar lainnya.
Berdasarkan tren pasar yang terus berkembang itu, PT Piramid Telekom membuka Blackberry City di Jalan Teuku Umar Denpasar, setelah peluncuran di ITC Kuningan, Jakarta dan WTC Surabaya.
Menurut CEO PT Piramid Telekom, Samuel Kevin, pihaknya akan terus melakukan ekspansi ke kota lainnya sesuai perkembangan pangsa pasar, sehingga dapat memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada konsumen, baik untuk upgrade software, pusat pelayanan, maupun penjualan asesoris.
Sementara SPV Sales & Outlet Operating Telkomsel Bali Nusra, Achdiat Suryana, juga mengakui bahwa pengguna aktif akses BB di perusahaannya terus melonjak, yakni di Bali saja selama Januari-Mei 2009 meningkat 400 persen, dari 700 menjadi sekitar 3.000 pengguna aktif.
"Melihat tren tersebut yang akan terus berkembang, kami berani memastikan bahwa bisnis ini akan menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar. Apalagi semua kalangan memerlukan BB sebagai pendukung kebutuhan kerja, relasi maupun gaya hidup," katanya.
Direktur Utama PT Dutadharma Komunikatama, Ir Pranata Setiaji, salah satu distributor voucher seluler di Denpasar, menyatakan bahwa sejak berkembangnya era BB, omset penjualan perusahaannya cenderung mendatar, dengan tingkat keuntungan menurun.
"Belanja komunikasi telepon seluler cenderung turun, karena masing-masing operator seluler berlomba-lomba menjual tarif hemat. Pulsa hemat itu memberikan durasi waktu bicara lebih lama, sehingga keperluan belanja komunikasi terus turun," ucapnya seraya mengakui kecenderungan konsumen beralih menggunakan BB dengan akses berlangganan.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009