Mazar-i-Sharif, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Taliban menyerang sebuah pos polisi di Afghanistan utara, Senin, menewaskan empat polisi, sementara 20 orang lagi tewas dalam kekerasan baru yang berkaitan dengan pemberontakan, kata pihak berwenang.
Polisi-polisi itu tewas di dekat kota wilayah utara, Kunduz, tempat pasukan Jerman yang tergabung dalam pasukan ISAf pimpinan NATO bermarkas sebagai bagian dari upaya internasional memerangi Taliban.
"Empat polisi mati syahid ketika Taliban menyerang pos polisi itu," kata kepala kepolisian Kunduz Jendral Abdul Razaq kepada AFP.
Kekerasan meningkat di daerah itu, yang berbatasan dengan Tajikistan, dengan sejumlah bentrokan yang dilaporkan antara Taliban dan pasukan keamanan dalam beberapa hari terakhir ini.
Sementara itu, militer AS mengatakan, pasukannya membunuh 11 gerilyawan dalam serangan-serangan udara dan bentrokan di provinsi-provinsi Wardak, Ghazni dan Uruzgan.
Di provinsi wilayah baratlaut Badghis, pasukan Afghanistan membunuh lima gerilyawan dan mencederai delapan orang pada Minggu, kata jurubicara militer untuk Afghanistan barat Abdul Basir Ghori kepada AFP.
Pada hari yang sama sebuah roket yang ditembakkan oleh militan menewaskan seorang wanita dan seorang penjaga toko, katanya.
Bentrokan-bentrokan dalam beberapa hari ini juga terjadi di distrik itu, yang berbatasan dengan Turkmenistan, ketika pasukan Afghanistan melancarkan operasi untuk menghalau gerilyawan menjelang pemilihan umum 20 Agustus.
Dalam serangan lain yang dituduhkan pada militan Minggu, sebuah bom pinggir jalan menewaskan seorang prajurit Afghanistan di provinsi Paktya di wilayah timur, kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan. Dua prajurit lain cedera, katanya.
Dalam serangan gerilya lain pada Minggu malam, seorang guru sekolah dibunuh dan seorang lagi diculik di provinsi wilayah barat Farah, kata kementerian pendidikan Afghanistan.
Pada malam yang sama, militan membom sebuah sekolah dasar di wilayah Farah yang dilanda kerusuhan, kata kementerian itu.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh di antaranya militan berhasil kabur.
Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan internasional yang mendukung mereka.
Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.
Pemerintah baru AS berencana mengirim 21.000 prajurit tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.
Sepanjang tahun ini lebih dari 100 prajurit internasional tewas di Afghanistan, sebagian besar akibat serangan musuh.
Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.
Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009