Pekanbaru (ANTARA News) - Sekawanan gajah liar yang berkeliaran di perkampungan di Kelurahan Air Jamban, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, tidak kuatir diganggu penduduk malah mereka tidur-tiduran di jalan beraspal.
"Tiap malam dalam sepekan ini kami ronda malam mengusir gajah, bukannya lari malah kawanan gajah itu tidur-tiduran di jalan di bawah lampu tiang listrik," ujar Direktur Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FKPSM) Duri, Retry di Duri, Senin.
Ia mengatakan, jalan tempat mangkal hewan berbadan besar yang dilindungi itu yakni di Jalan Stadion tidak jauh dari rumah sakit umum Duri. Di jalan tersebut beberapa ekor gajah bergulingan bahkan hewan tersebut sengaja memilih lokasi di bawah lampu tiang listrik.
"Gajah-gajah tersebut tidak takut dengan kami tapi kami yang ketakutan," katanya.
Menurut dia, hewan mamalia itu biasanya mendatangi lokasi perkampungan penduduk sejak mulai magrib hingga subuh. Seperti tadi malam, hewan tersebut masuk ke perkampungan Air Jamban di Jalan Stadion yang berjarak sekitar satu kilometer dari Kantor Camat Mandau.
Ia bersama masyarakat di Jl. Stadion melakukan ronda, walaupun daerah tersebut merupakan perkampungan penduduk namun rumah warga berjauhan dan lahan di daerah itu banyak ditanami tanaman palawija.
"Begitu mendapat kabar dari masyarakat ada gajah masuk di lingkungan Jalan Stadion kami pun bergegas datang ke sana berusaha mengusir hewan itu agar menjauh dari perkampungan, tapi bukannya mereka lari malah kami yang lari. Api unggun yang kami hidupkan malah menjadi mainan mereka," kata Retry menceritakan pengalamannya mengusir gajah.
Hewan liar tersebut biasanya datang berombongan dengan jumlah mencapai puluhan ekor. Diantara hewan berbelalai itu banyak juga anak-anaknya yang masih kecil.
"Biasanya gajah dapat kami usir dengan cahaya dan api unggun, tapi kini mereka sudah kebal malah api unggun jadi mainannya," ujar Retry seraya mengaku hanya dapat melihat dari jauh ulah kawanan gajah tersebut bermain api.
Ia menjelaskan, Kecamatan Mandau kini acap dimasuki kawanan gajah dan daerah tersebut sejak dulunya merupakan kawasan lintasan gajah dari kawasan hutan yang ada di daerah itu yakni dari Desa Pinggir menyusuri Balai Raja masuk ke Desa Balai Makam terus ke Kelurahan Air Jamban kemudian Sebanga dan akan kembali lagi menyusuri rute yang telah dilewatinya.
Namun, lanjut dia, walau rute kedatangan gajah tersebut memasuki perkampungan penduduk tiap bulannya telah tetap tetapi tidak ada tindakan dari pemerintah untuk mengantisipasi agar hewan yang menjadi aset dunia itu tidak mengganggu tanaman dan rumah warga.
"Seharusnya di Mandau ini ada Posko BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam-Red) karena instansi ini yang melindungi gajah. Jika ada Posko kami masyarakat dapat berkoordinasi tetapi inikan tidak. Mengadu ke camat juga tidak mempan karena tidak ada tindakan apa-apa," kata Retry.
Itu sebabnya, masyarakat di daerah itu walau telah kebal terhadap gangguan gajah, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa jika tanaman dan rumah mereka dirusak hewan yang hidup berkelompok itu.
"Gajah-gajah liar ini makin berani. Mereka bermain dicelah-celah rumah penduduk dan tidak takut dengan orang atau bunyian untuk mengusir mereka," katanya.
Ia mengatakan, untuk keselamatan masyarakat yang bermukim di Kelurahan Air Jamban dan Balai Makam yang didatangi kawanan gajah liar, jika malam masyarakat pergi mengungsi ke rumah keluarga mereka yang aman dan siang hari baru pulang ke rumah.
(*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009