Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2009 dan 2010 lebih rendah hingga satu persen dibandingkan perkiraan pemerintah.
"Perbedaan penilaian itu kan bisa dilihat dari asumsinya, ya mungkin berbeda," kata pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Bank Indonesia Miranda S Goeltom di Jakarta, Senin.
Dalam pemaparan di rapat kerja dengan panitia anggaran DPR, Senin, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2009 berkisar 3,5 persen sampai 4 persen. Hal ini lebih rendah dari perkiraan pemerintah yang sebesar 4-4,5 persen.
Sedangkan pada 2010, BI memperkirakan pertumbuhan 4-5 persen sementara pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi 5-6 persen.
Ia mengatakan, perbedaan terutamnya disisi ekspor dan impor. BI menilai pada 2009 ekspor terkontraksi lebih dalam yaitu mencapai pertumbuhan negatif 15,4 -negatif 14,5 persen. Sementara impor terkontraksi minus 16,8 persen-minus 16,5 persen.
Sedangkan pemerintah menilai ekspor hingga akhir tahun 2009 pertumbuhan terkontraksi menjadi hanya negatif tujuh persen hingga negatif lima persen. Sedangkan impor terkontraksi minus 9,6 persen hingga minus tujuh persen.
Pada 2010, BI menilai ekspor hanya tumbuh sebesar 3,5-4,5 persen dan impor tumbuh 2,4-3,4 persen. Sedangkan peerintah lebih optimis yaitu ekspor tumbuh 5-7 persen dan impor tumbuh 6,1-6,8 persen.
Menurut Miranda, pihaknya meyakini ekpor dan impor masih akan terkontraksi lebih dalam, sedangkan pemulihan perdagangan dunia juga diperkirakan masih memerlukan waktu.
Ia menambahkan hal ini terlihat dari masih rendahnya perkiraan pertumbuhan dunia, dari negatif 0,5 persen di 2009 menjadi 1,5 persen di 2010. Sedangkan perdagangan dunia sendiri dari minus 3,3 persen, meski pada 2010 telah positif namun hanya sebesar 2,6 persen.
Sementara itu, di sektor konsumsi di dalam negari baik pemerintah maupun BI tetap melihatnya sebagai penopang pertumbuhan. BI pada 2009 memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,7-5,1 persen, nmun kemudian menurun pada 2010 menjadi 3,9-4,9 persen pada 2010.
Sedangkan pemerintah memperkirakan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 3,4-4,0 persen di 2009 dan meningkat menjadi 4,2-4,8 persen.
Disisi investasi, Pemerintah melihat lebih optimis dimana terjadi pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB/Investasi) sebesar 4,1-5,5 persen pada 2009, dan 7,1-7,6 persen pada 2010.
Sedangakn BI memperkirakan pada 2009 investasi hanya tumbuh 3,3-4 persen, namun melejit pada 2010 dengan pertumbuhan 7,8-8,8 persen.
Sementara terkait inflasi keduanya meyakini akan terus menurun dimana Pemerintah memperkirakan 5-5,5 persen pada 2009 dan 4,5-5,5 persen. Sedangkan BI meyakini sekitar lima persen pada akhir tahun 2009 dan meningkat menjadi 5-6 persen pada 2010.
Menurut Miranda, inflasi yang menurun terjadi pada 2009 terjadi karena penurunan harga komoditas dunia dan penurunan harga barang yang dipengaruhi kebijakan pemerintah (BBM) dan terjaganya harga makanan.
Sedangkan 2010, diperkirakan inflasi akan menguat karena mulai meningkatnya permintaan dan penyesuaian harga-harga komoditas dari penguatan permintaan tersebut. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009