Purwokerto (ANTARA) - Kurangnya aktivitas dan kegemukan bisa menjadi salah satu faktor risiko stroke terutama bagi penderita riwayat penyakit tersebut, kata dokter spesialis saraf dr. Untung Gunarto Sp.S. MM.
"Salah satu faktor risiko stroke dan stroke ulang yakni stroke kedua dan selanjutnya adalah minimnya aktivitas dan kegemukan," katanya di Purwokerto, Jateng Jumat.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tersebut mengatakan dalam kondisi sekarang ini di mana banyak masyarakat yang berdiam di rumah karena pandemi COVID-19 maka sangat mungkin terjadi penurunan aktivitas baik olah raga maupun aktivitas lainnya.
Baca juga: Antisipasi gelombang kedua corona, dokter paru desak karantina wilayah
"Terjadinya kenaikan berat badan dan terjadinya penurunan aktivitas sangat mungkin terjadi sehingga masyarakat perlu hati-hati terutama bagi mereka yang pernah memiliki riwayat stroke," katanya.
Guna mengantisipasi hal tersebut, tambah dia, maka masyarakat perlu terus melakukan aktivitas mandiri dan terjadwal misalkan senam pagi atau senam sore di rumah masing-masing.
"Masyarakat perlu meningkatkan aktivitas mandiri dan bisa terjadwal dengan baik. Seperti senam pagi dan senam sore, sebelum mandi atau aktivitas ringan lainnya," katanya.
Dia menambahkan penderita riwayat stroke juga dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang bisa menimbulkan suasana relaksasi seperti membaca buku, mendengarkan musik, berkebun dan lain sebagainya.
Baca juga: IDI tekankan dokter terus pantau kesehatan warga yang isolasi mandiri
Selain itu kata dia, perlu mengatur menu makan dengan mengendalikan konsumsi karbohidrat.
"Karbohidrat jangan sampai tidak dikonsumsi sama sekali hanya perlu dibatasi dan diusahakan dominan sayur, buah dan protein," katanya.
Selain itu, dia kembali mengingatkan bahwa penderita riwayat stroke harus selalu membangkitkan rasa gembira guna relaksasi pada otot dan kerja saraf tepi.
"Pada saat kita gembira atau merasa senang itu akan membuat keseimbangan hormon-hormon dan neurotransmiter otak," katanya.
Dia menjelaskan, dengan adanya keseimbangan tersebut maka akan mempengaruhi kerja organ-organ di tubuh agar lebih aktif dan seimbang. "Sehingga selalu timbul energi baru dan suasana relaksasi pada otot dan kerja saraf tepi. Hal tersebut memicu perbaikan motorik dan sensorik pada pasien pascastroke," katanya.
Karena itu, kata dia, sangat penting bagi penderita riwayat stroke untuk mengelola stres dan selalu berfikir positif.
***3***
T.W004
Baca juga: Saran dokter agar tak sakit kepala saat corona
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020