Saya sangat mengapresiasi langkah ini untuk menangani efek ekonomi dari COVID-19 ini
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi V DPR RI, Syahrul Aidi Maz’at mengapresiasi kebijakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang akan mengakomodir pembelian karet hasil produksi petani lokal untuk campuran aspal melalui program Padat Karya Tunai.
"Saya sangat mengapresiasi langkah ini untuk menangani efek ekonomi dari COVID-19 ini," kata Syahrul Aidi dalam rilis di Jakarta, Jumat.
Politisi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera itu mengemukakan, Kementerian PUPR menggelontorkan anggaran sebesar Rp100 miliar melalui program Padat Karya Tunai untuk hal tersebut.
Menurut dia, jauh sebelum wabah penyebaran COVID-19 merebak, dirinya pun sudah mengusulkan beberapa kali ke pemerintah di berbagai kesempatan terutama pada rapat kerja dengan Kementerian PUPR, agar pemerintah mengakomodir berbagai produksi komoditas masyarakat untuk diberdayakan sebagai bahan baku pembangunan infrastruktur dan lainnya.
"Kami bersyukur bahwa apa yang menjadi gagasan dan ide yang telah dikemukakan dalam rapat beberapa kali dengan PUPR agar pembangunan infrastruktur ini bisa menggunakan bahan baku yang diproduksi oleh masyarakat kita, yaitu di antaranya karet,” jelas mantan anggota DPRD Kampar ini.
Apalagi, ia mengingatkan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini, harga karet ditingkat petani tersungkur di harga paling tinggi sekitar Rp10 ribu per kilogram.
Padahal pada beberapa tahun sebelumnya, lanjutnya, harga karet di tingkat petani dapat mencapai hingga sekitar Rp25 ribu per kilogram.
"Dengan solusi yang diberikan oleh DPR menampung karet rakyat bisa membantu masyarakat harga karet mereka stabil dan ekonomi mereka membaik," katanya sambil berharap agar program itu ke depannya dapat terus berlanjut seusai pandemi COVID-19.
Sebagaimana diwartakan, ekspor komoditas karet Provinsi Sumatera Selatan turun 14,97 persen pada Maret 2020 jika dibandingkan bulan sebelumnya akarena dipengaruhi pandemi COVID-19.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel nilai ekspor karet pada Maret 2020 hanya mencatat 103,47 juta dolar atau menurun dibandingkan Februari yang mencapai 118,44 juta dolar.
Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Rabu (15/4), mengatakan kegiatan perdagangan luar negeri memang terdampak virus corona terutama ke negara-negara yang terkena wabah tersebut dan jadi pasar andalan Sumsel, seperti Sumsel dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara memprediksi volume ekspor karet Sumut pada April 2020 akan turun hingga 20 persen.
"Setelah pada Maret turun 3 persen, maka pada April 2020 volume ekspor diperkirakan turun.lebih besar atau 20 persen," ujar Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Jumat (10/4).
Menurut dia, pengurangan pembelian karet di April karena importir sudah melakukan pembelian lebih cepat di Februari dan Maret dengan alasan khawatir pengiriman semakin terganggu dampak dari pandemi COVID-19.
Apalagi, lanjutnya, sejumlah negara menjalankan kebijakan "lockdown" seperti India, AS, Perancis, Korea dan Malaysia untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Baca juga: Ekspor karet Sumatera Selatan turun 14,97 persen
Baca juga: Gapkindo prediksi volume ekspor Karet Sumut pada April turun 20 persen
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020