Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia Senin mendekati tingkat tinggi tujuh bulan, dipicu oleh menguatnya pada pasar-pasar modal regional dan melemahnya dolar AS, kata dealer.

Kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Juli naik 56 sen menjadi 66,87 dolar per barel. Sementara minyak mentah Laut Utara Brent juga untuk pengiriman Juli naik 54 sen menjadi 66,06 dolar per barel, demikian dikutip dari Reuters.

"Minyak menguat pagi ini. Itu merupakan pergerakan secara nyata sejalan dengan pasar-pasar saham di Asia.....Really yang mendorong minyak terutama para investor membeli berbagai komoditi karena melemahnya dolar AS," kata Victor Shum, analis pada Konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura.

Melemahnya mata uang AS itu menjadikan harga minyak yang dihargai dengan dolar lebih murah untuk para pemilik mata uang lebih kuat lainnya dan sebaliknya, cenderung mendorong permintaan dan harga lebih tinggi.

Sementara itu Menteri Perminyakan Kuwait Sheikh Ahmad Abdullah al-Sabah mengatakan Senin bahwa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) itu belum diuntungkan harga tinggi untuk minyak karena ini akan memperlemah ekonomi global.

"Kami belum diuntungkan dengan melihat harga pada angka ratusan (dolar per barel) karena ini akan memicu resesi lagi," kata menteri perminyakan itu kepada pers.

Kuwait merupakan salah satu dari 12 negara anggota OPEC, yang memompa sekitar 40 persen dari minyak mentah dunia.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009