Surabaya (ANTARA News) - Tangis haru seketika pecah saat kapal kargo Timur Galaxi merapat di Dermaga Gapura Surya Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Minggu (31/5) malam pukul 19.30 WIB.
Di buritan kapal pengangkut kontainer, ratusan orang berdiri berjajar sambil melambai-lambaikan tangan bagaikan prajurit yang baru pulang dari medan perang.
Kendati lelah terlihat jelas di gurat wajahnya, para penumpang Kapal Motor (KM) Mandiri Nusantara jurusan Surabaya-Balikpapan yang terbakar di Perairan Karamaian itu tetap semangat untuk bertahan hidup.
Mereka tidak saja terkatung-katung di tengah Laut Jawa selama dua hingga empat jam, tetapi mereka menahan lapar dan dahaga dalam perjalanan menuju Surabaya kurang lebih 13 jam.
Begitu tiba di Dermaga Gapura Surya, mereka pun langsung menyantap makanan yang diberikan PT Prima Vista selaku operator KM Mandiri Nusantara.
Sementara delapan penumpang lainnya, langsung dilarikan ke Rumah Sakit PHC Tanjung Perak dan RSUD dr. Soetomo untuk menjalani perawatan akibat luka memar dan patah tulang.
"Saat semua penumpang sedang menikmati perjalanan, tiba-tiba mesin kapal terbakar," kata Imam Santoso (27), satu di antara 287 penumpang KM Mandiri Nusantara yang selamat.
Lama-lama api yang berasal dari kamar mesin itu membesar. Satu per satu dari 287 penumpang yang terdaftar dalam manifes terjun ke laut.
"Kami tidak kuat menahan panas di dek kedua dan dek ketiga. Oleh karena itu, satu per satu penumpang terjun ke laut, masing-masing dengan rompi pelampung," katanya.
Tak jauh dari lokasi terbakarnya KM Mandiri Nusantara, melintaslah kapal kargo Timur Galaxi yang berangkat dari Banjarmasin menuju Surabaya.
"Jaraknya paling sekitar 200 meter dari KM Mandiri. Sebagian penumpang ada yang berenang, tetapi sebagian lainya diangkut `tug boat` ke kapal kargo karena kapal kargo itu tidak mau mendekat khawatir ikut terbakar," kata Imam menceritakan tragedi yang terjadi Sabtu (30/5) sore sekitar pukul 14.00 WIB itu.
Setelah semua penumpang dan awak KM Mandiri Nusantara terangkut, kapal kargo itu pun kemudian meneruskan perjalanan menuju Surabaya sekitar pukul 21.00 WIB.
Namun, sayangnya dari 29 anak buah kapal (ABK) KM Mandiri Nusantara, hanya 24 orang yang bisa menggapai dek kapal Timur Galaxi. Kelima orang itu, yakni Didik Sunardi, Dedy Anugerah, Heri Murdiantoro, Sudarto, dan Zakaria B. Handoko hilang.
Kelima korban itu diperkirakan terjebak di kamar mesin saat kapal tersebut terbakar.
Sementara itu, Taufik Anwar (43), penumpang KM Mandiri Nusantara lainnya, mengungkapkan, sekoci dan perahu pelampung tiup bertali (life craft) yang terdapat di Kapal Motor (KM) Mandiri Nusantara tidak berfungsi sehingga para penumpang banyak yang meloncat ke laut saat kapal itu terbakar.
"Awak kapal dibantu penumpang sudah mencoba menurunkan sekoci dan `life craft`, tapi ternyata tidak berfungsi," kata pria yang menumpang kapal itu bersama anak dan istrinya setelah berlibur di Bali.
Penjelasan pria asal Balikpapan yang kehilangan mobil Toyota Kijang nopol KT-2463-AL, uang tunai, dan barang berharga lainnya itu sangat masuk akal karena para penumpang, termasuk dirinya terjun ke laut setelah usahanya gagal.
Menanti Ketegasan Aparat
Kecelakaan yang menimpa kapal milik PT Prima Vista bukan sekali ini saja. Sebelumnya KM Senopati Nusantara jurusan Semarang-Banjarmasin juga tenggelam di perairan Laut Jawa.
Kendati jumlah korban tidak sebanyak KM Senopati Nusantara, sudah seharusnya aparat dan otoritas pelayaran di Indonesia bersikap tegas.
Namun, sayangnya hingga saat ini Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Hubla) Depertemen Perhubungan belum mengambil sikap apa pun atas peristiwa tersebut.
"Kita jangan mengadili sendiri tanpa ada evaluasi total dan pembenahan-pembenahan terhadap semua kapal, baik penumpang, tanker, maupun kargo," kata Dirjen Hubla, Sunaryo, di Dermaga Gapura Surya.
Menurut dia, peristiwa tersebut menjadi pelajaran berharga bagi operator pelayaran lainnya. "Semua kapal harus diperiksa kelaikan jalannya. Tidak hanya milik Prima Vista," katanya.
Ia tetap memerintahkan Direktorat Administrator Pelabuhan (Adpel) dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut.
"KNKT biar mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa itu, Adpel memeriksa kelaikan jalan, dan kami sendiri akan meminta tanggung jawab kepada pihak operator," kata perwira TNI Angkatan Laut (AL) itu.
Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan terima kasih kepada nakhoda Timur Galaxi yang membantu proses evakuasi para penumpang KM Mandiri Nusantara.
"Ini penyelamatan yang luar biasa. Sebuah kecelakaan di laut, tapi semua penumpangnya selamat," kata Sunaryo.
Ia meminta PT Prima Vista memberikan santunan kepada para penumpang KM Mandiri Nusantara sesuai peraturan yang berlaku.
Sebagian penumpang ada yang meneruskan perjalanan kembali menuju Balikpapan dengan menggunakan KM Dharma Lautan yang berangkat dari Dermaga Gapura Surya, Minggu (31/5) malam pukul 23.00 WIB.
Sebagian lainnya ada yang memilih kembali ke rumahnya dan menunda keberangkatannya ke Balikpapan. "Saya sudah trauma, ya, untuk sementara menenangkan pikiran terleh dahulu di rumah," kata Sunarto, penumpang asal Semarang.
Baik penumpang yang meneruskan perjalanan kembali ke Balikpapan, atau yang pulang lagi ke kampung halaman mendapatkan fasilitas cuma-cuma dari pihak Adpel Tanjung Perak.
Mengenai jumlah penumpang KM Mandiri Nusantara hingga saat ini masih simpang siur. Data Adpel Tanjung Perak menyebutkan 302 orang, sementara PT Prima Vista tercatat 299 orang.
Sampai saat ini, api masih melalap KM Mandiri Nusantara. Menurut rencana, kapal itu akan diseret dan dikandaskan di Pulau Masalembo.
KM Mandiri Nusantara bertolak dari Dermaga Gapura Surya Pelabuhan Tanjung Perak, Jumat (29/5) malam sekitar pukul 23.00 WIB. Namun, saat melintas di Perairan Karamaian, tepatnya di titik koordinat titik koordinat 05,04,02 Lintang Selatan dan 115,12,03 Bujur Timur, atau 34 mil dari Pulau Karamaian dan timur laut Pulau Bawean, Jatim, kapal itu terbakar.
Peristiwa itu menyisakan catatan ironi karena terjadi beberapa saat setelah Menteri Perhubungan Jusman Syafi`i Djamal melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Pelabuhan Tanjung Perak, Jumat (29/5) siang.
Dalam dua pekan terakhir telah terjadi tiga kali kecelakaan di laut. Sebelumnya, kapal kargo Tanto Niaga tenggelam dan ratusan kontainer tercebur ke laut setelah bertabrakan dengan kapal kargo Mitra Ocean di "Buoy 10" Pelabuhan Tanjung Perak, Jumat (22/5).
Berikutnya, Perahu Layar Motor (PLM) Sahabat Sejati yang mengangkut puluhan ton pupuk dari Pasuruan menuju Kumai, Kalteng, tenggelam di Perairan Karangjamuang yang merupakan persimpangan jalur pelayaran menuju Surabaya dan Gresik, Senin (25/5) lalu. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009