"Bantuan berupa potongan harga dengan menggunakan fasilitas Foreign Military Financing (FMF)," ungkap Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono kepada ANTARA usai mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Robert Gate di sela-sela Forum ke-8 Dialog Keamanan Asia Pasifik "Shangrilla-Dialogue" di Singapura, Minggu.
Selain itu, tambah dia, AS juga menjanjikan bantuan suku cadang bagi pesawat angkut berat Hercules.
Juwono tidak berkomentar lebih jauh tentang jumlah potongan harga dan jangka waktu kredit yang digunakan untuk pengadaan enam Hercules baru tersebut .
Indonesia mengoperasikan jenis C-130B sejak 1960 dalam dua tahap kedatangan, tahap pertama membeli langsung dari Lockheed sebanyak delapan unit C-130B dan dua KC-130B (air-refueling capability).
Tahap kedua pada tahun 1975 setelah mendapat hibah dari Amerika sebanyak 3 unit C-130B bersama dengan pesawat latih jet T-33A dan helly S-58T lewat program Defense Liaison Group (DLG).
Dalam program peningkatan kemampuan AU pada 1980 didatangkan tiga unit C-130H, 7 unit C-130HS (long body), satu unit C-130 MP (maritime patrol), satu unit L-100-30 (Hercules tipe sipil untuk VIP), selain enam unit L-100-30 yang juga dioperasikan PT Merpati dan Pelita Air untuk program transmigrasi. Populasi Hercules 27 unit di Indonesia kini dioperasikan semua Skadron Udara 31/Halim dan Skadron 32/Abdurahman Saleh.
Hingga kini Indonesia memiliki sekitar satu skadron C-130 Hercules berbagai tipe, yakni C-130 Hercules VIP, C-130 H/HS, C-130 B/H dan C-130 BT dengan tingkat rata-rata kesiapan 60 persen atau sekitar sembilan unit.
Meskipun telah puluhan tahun, TNI AU tetap menggunakan dan memelihara C-130 Hercules melalui perawatan terjadwal service life extension programmed (SLEP), inspection repair as necessary (IRAN), dan program retrofit dengan biaya 51 juta dollar AS untuk empat pesawat agar dapat bertugas lebih lama lagi yakni sekitar 15 tahun.
"Kini dari dua Hercules yang menjalani peremajaan di Singapura, dua telah selesai dan sisanya akan dikerjakan dan menyusul lima unit lainnya," kata Juwono Sudarsono.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009