Washington (ANTARA News/AFP) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, akan melakukan kunjungan ke pusat peradaban Arab-Muslim pekan ini dalam rangka memulai tugas besar melepaskan ketidakpercayaan AS terhadap dunia Islam.
Di Mesir, Kamis depan, Obama akan menyampaikan pidato pribadi kepada dunia Muslim, memanfaatkan hubungan leluhurnya dengan Islam dan mengglobalkan pesan perubahannya dalam satu pidato yang kaya dengan pesan politik ambisiusnya.
Kunjungan Obama pekan depan ke Mesir, Arab Saudi dan menghadiri peringatan Perang Dunia II di Prancis dan Jerman, terjadi pada saat beberapa pengamat mengendus adanya peluang di tengah krisis tanpa henti di Timur Tengah.
Namun sebagian lainnya hanya melihat berbahaya, menyusul konflik antara Washington dan Israel berkaitan dengan pemukiman Yahudi, serta tak kunjungan berakhirnya masalah nuklir Iran.
Obama menargetkan rekonsiliasi dengan Islam dan memperkuat diplomasi Timur Tengah, sejak awal pemerintahannya.
"Kepada dunia Muslim, kami berusaha mencari cara baru yang lebih maju, berdasarkan saling kepentingan dan menghargai," kata Obama dalam pidati pelantikannya Januari lalu.
Dia segera menghubungi pemimpin Palestina, Mahmud Abbas, dan berbicara dengan jaringan satelit Al Arabiya.
Obama membuat rekaman video yang tak pernah terjadi sebelumnya yang ditujukan kepada rakyat Iran dan di depan parlemen Turki beberapa waktu lalu menjamin kembali dunia Islam bahwa AS tidak berperang dengan mereka.
Persinggahan pertama dari lawatannya itu, adalah Rabu di Arab Saudi, untuk berbicara dengan Raja Abdullah guna mendapatkan dukungan Arab bagi upaya-upaya perdamaian AS.
Namun, sorotan tajam akan diarahkan pada pidatonya di Universitas Kairo, yang diselenggarakan bersama oleh Universitas Al Azhar, perguruan tinggi Islam tertua di dunia.
Obama diduga akan melakukan retorika karismatiknya, yang membantu menjadikannya sebagai presiden, untuk membalut ketidakpercayaan yang luas di kawasan Timur Tengah terhadap AS.
"Saya ingin menggunakan kesempatan itu dengan menyampaikan pesan secara luas mengenai bagaimana AS bisa berubah untuk menjadi lebih baik dalam hubungan-hubungannya dengan dunia Islam," kata Obama pekan lalu.
Dalam berbagai pidato besarnya, Obama menyulam biografi pribadinya yang menawan dalam satu cerita politik seperti pada pidato terbukanya tahun 2008 lalu mengenai ras.
Di Mesir, Obama akan merujuk kepercayaan Islam pada beberapa keluarganya dari pihak ayah di Kenya, masa kecilnya di Indonesia, dan kontak-kontaknya dengan masyarakat Muslim di Illinois.
"Presiden secara pribadi berpengalaman dengan Islam, di tiga benua sebelum dia bisa mengunjungi pusat dunia Islam," kata penasehat kebijakan luar negerinya, Denis McDoniugh.
Citra AS di dunia Muslim telah ternoda oleh serangan AS ke Irak, terhambatnya harapan-harapan rakyat Palestina untuk memiliki negara sendiri, dan sikap pemerintahan Bush dalam serangan-serangan Israel di Lebanon dan Gaza.
Pada 2004, satu survei yang dilakukan WorldPublicOpinion.org, yang berbasis di Universitas Maryland, mendapati hanya empat persen dari rakyat Mesir yang mempunyai pendapat baik terhadap AS.
Satu jajak pendapat umum McClatchy/Ipsos pada bulan ini mendapati bahwa hanya 33 persen dari mereka yang disurvei di enam negara Arab, mempunyai pendapat bagus terhadap Amerika.
Peringkat sambutan baik terhadap AS dibawah kepemimpinan Obama adalah 26 persen di Kuwait, 22 persen di Yordania, 18 persen di Uni Emirat Arab, 15 persen di Arab Saudi, 13 persen di Mesir dan 11 persen di Lebanon.
Angka-angka dukungan itu mengisyaratkan bahwa Obama mungkin bisa menjadi pembawa pesan yang ideal. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
istilahnya buah simalakama, mau mundur bapak mati, terus maju ibu yg tewas,
cuma soal waktu, kesombongan Yahudi akan menerkam dirinya sendiri!