Hal itu disampaikan dosen ITB Djoko Suroso dalam seminar bertajuk "Mainstreaming Perubahan Iklim ke Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah" di Jakarta, Sabtu.
"Tidak pernah itu air tergenang masuk satu kilometer dari garis pantai," katanya.
Menurutnya, pemerintah harus memperhatikan unsur kajian perubahan iklim berdasarkan penelitian untuk membuat perencanaan pembangunan.
"Supaya tidak terjadi kesalahan pembangunan, yang dimaksudkan untuk berjangka panjang ternyata hanya untuk jangka pendek," katanya.
Dalam seminar tersebut dosen program studi perencanaan wilayah dan kota itu memaparkan studi kerentanan dan adaptasi yang dilakukan oleh timnya di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Tim tersebut mengidentifikasi sektor dan infrastruktur penting rentan terhadap perubahan iklim kemudian menganalisa ancaman perubahan iklim seperti kenaikan suhu, curah hujan, iklim ekstrim dan permukaan air laut.
Kelompok ahli tersebut merumuskan strategi adaptasi berdasarkan risiko dan mengintegrasikannya ke dalam kebijakan pembangunan.
Seminar ini adalah salah satu acara dari rangkaian Pekan Lingkungan Indonesia yang diselenggarakan Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) pada 28-31 Mei di Jakarta Convention Centre.
Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup pada tanggal 5 Juni KNLH mengambil tema "Bersama Selamatkan Bumi Dari Perubahan Iklim".(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009