Pengetesan melalui rapid test (tes cepat) memiliki potensi kekeliruan yang cukup tinggi
Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendorong pemerintah pusat untuk dapat meningkatkan kapasitas tes COVID-19 menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
“Pengetesan melalui rapid test (tes cepat) memiliki potensi kekeliruan yang cukup tinggi, jadi kita mendorong meningkatkan kapasitas untuk tes PCR,” katanya dalam rapat bersama Timwas Penanggulangan COVID-19 DPR RI di Jakarta, Kamis.
Anies menuturkan potensi kekeliruan yang cukup tinggi terhadap hasil tes menggunakan rapid test dapat mengakibatkan penyebaran COVID-19 menjadi lebih luas.
“Begitu tes keluar hasilnya negatif sementara belum terbukti negatif, padahal dia bisa jadi positif maka memiliki potensi menularkan yang cukup tinggi,” ujarnya.
Baca juga: Anies minta dukungan pemerintah untuk tingkatkan fasilitas kesehatan
Anies menyatakan saat ini di Jakarta terdapat 23 laboratorium dalam jejaring penanganan wabah COVID-19 dengan kapasitas per harinya sebanyak 4.524 hasil tes.
“Kita berharap nanti akan tambah dari Kalbe Farma dengan kapasitas 4 ribuan sehingga menjadi 8 ribu per hari. Nanti kami sampaikan secara detil mungkin tertulis datanya karena ini terdiri dari 23 laboratorium,” ujarnya.
Di sisi lain, Anies menyatakan kapasitas tersebut masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan kebutuhan saat ini sehingga ia berharap kapasitas tes PCR dapat lebih ditingkatkan.
“Ini jumlahnya masih sangat sedikit dibanding yang kita butuhkan, itu sebabnya sebaiknya kita fokus pada PCR daripada rapid test,” katanya.
Baca juga: PSI minta Gubernur Anies perketat PSBB
Terlebih lagi, Anies mengatakan hingga Rabu malam (15/4) terdapat 1.043 jenazah dimakamkan dengan protap COVID-19, namun belum diketahui secara pasti terkait seluruhnya positif virus corona atau tidak.
“Tidak semua diketahui sebagai COVID-19 karena apakah mereka sudah tes tapi hasilnya belum keluar atau sedang antri tes tapi sudah meninggal. Jadi untuk meningkatkan testing itu penting sekali,“ katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020