Warga Kampung Naga menuntut terjaminnya pasokan minyak tanah bersubsidi bagi mereka.
"Mungkin jratusan wisatawan yang tidak dapat masuk kampung kami," kata Kuncen Kampung Naga, Ade Suherlin, Jumat.
Ade mengatakan penolakan terhadap wisatawan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi ekonomi warga.
"Mata pencaharian warga adat adalah bertani, kemudian untuk menambah-nambah nafkah, memproduksi barang kerajinan di rumah masing-masing," katanya.
Sebagian besar kerajinan tersebut ditampung bandar lalu dijual ke luar kota dan hanya sebagian kecil yang dijajakan di Kampung Naga untuk cindera mata.
Sesepuh Kampung Naga, Ucu Soherlan, meminta maaf kepada wisatawan yang sudah datang dari jauh dan tidak bisa masuk ke Kampung Naga
"Penolakan ini hanya untuk mengingatkan pemerintah agar kebutuhan primer masyarakat adat yakni minyak tanah selalu tersedia," kata Ucu.
Ia menilai selama ini minyak tanah sulit didapatkan dan jika tersedia harganya mahal,
"Mohon maaf kami tidak bisa menerima kunjungan, dan sampai kapan, kami belum tahu," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009