Jakarta, (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi melemah 35 poin menjadi Rp10.335-Rp10.350 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.300-Rp10.310, karena pelaku pasar kembali melepas rupiah.

Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Jumat mengatakan, turunnya rupiah terhadap dolar AS, karena pelaku asing aktif membeli dolar akibat menguatnya harga minyak mentah dunia.

Harga minyak mentah dunia naik di atas 65 dolar AS per barel yang mendorong pelaku pasar lebih cenderung membeli dolar ketimbang rupiah, ucapnya.

Kenaikan harga minyak mentah dan kemungkinan pecahnya perang antara Korea (Korea Utara dan Selatan), menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar yang segera memburu dolar AS.

Meski pasar khawatir, namun posisi rupiah masih tetap bagus karena berada di bawah angka Rp10.400 per dolar, ujarnya.

Menurut dia, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan masuk pasar untuk melakukan intervensi agar rupiah tidak terus tertekan dan mendekati angka Rp10.400 per dolar.

Ia mengatakan, rupiah saat ini memang agak tertekan, namun berpeluang untuk menguat lagi karena berbagai indikator ekonomi masih cukup baik dengan tingkat pertumbuhan pada kuartal pertama 2009 sebesar 4,4 persen.

Meski ekonomi tumbuh lebih baik dibanding negara Asia Tenggara lainnya, namun Indonesia di dalamnya sebenarnya masih rapuh, tumbuhnya ekonomi hanya ditopang sektor konsumsi, ucapnya.

Rupiah yang terpuruk sejak pekan lalu, menurut dia karena pelaku melihat dolar AS di pasar uang Asia cenderung membaik yang didukung membaiknya permintaan obligasi di pasar AS.

Namun kondisi ini tidak akan berlangsung lama, karena muncul laporan bahwa data retail AS cenderung merosot sehingga memicu tingkat pengangguran AS meningkat.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009