Jakarta, (ANTARA News) - Aksi yang dilakukan oleh berbagai LSM yang tergabung dalam Gerakan Menuntut Keadilan Korban Lapindo akan digelar di berbagai tempat di wilayah DKI Jakarta, sepanjang Jumat hingga waktu malam hari.
Menurut informasi dari Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya di Jakarta, Jumat pagi, terdapat aksi unjuk rasa yang akan berlangsung di ibukota sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.
Rute dari para peserta unjuk rasa tersebut dimulai dari kawasan Pasar Festival Kuningan di Jalan HR Rasuna Said, menuju daerah Menteng, dan berakhir di Bundaran Hotel Indonesia di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Sebelumnya, Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Siti Maemunah pada Kamis (28/5) mengemukakan, aksi yang dilakukan dalam Gerakan Menuntut Keadilan Korban Lapindo akan dimulai di Jalan HR Rasuna Said karena terdapat berbagai aset berupa bangunan milik Bakrie Group di daerah tersebut.
Siti Maemunah juga mengatakan, Bakrie Group akan menjadi sasaran demo karena merupakan salah satu pemilik saham PT Lapindo Brantas.
Tragedi Lumpur Lapindo yang terjadi sejak Mei 2006 berawal dari semburan gas di sumur pengeboran minyak milik PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur, yang mengakibatkan terjadinya semburan lmpur yang terus mengalir sampai hari ini.
Gerakan Menuntut Keadilan Korban Lapindo menamakan aksi mereka pada Jumat (29/5) ini sebagai Jumat Hitam Lapindo, karena para peserta aksi diimbau untuk mengenakan baju hitam sebagai bentuk solidaritas mereka pada korban Lapindo.
Puncak dari aksi tersebut adalah acara pembacaan surat-surat anak-anak korban Lapindo di Bundaran Hotel Indonesia pada pukul 19.00 WIB.
Siti menuturkan, tragedi tersebut juga mengakibatkan sejumlah anak-anak dan remaja yang tidak bisa meneruskan sekolahnya dan terpaksa bekerja.
Selain Jatam, LSM yang tergabung dalam Gerakan Menuntut Keadilan Korban Lapindo antara lain Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Satu Dunia, LBH Masyarakat, dan Urban Poor Consorsium (UPC).(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009