Jakarta (ANTARA News) - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan kembalinya tekanan laju inflasi pada bulan Mei, namun diperkirakan masih akan lebih rendah dibanding inflasi di bulan yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo di Jakarta, Kamis mengatakan, tekanan inflasi terjadi karena adanya tekanan sejumlah faktor yang mempengaruhi harga-harga di dalam negeri diantaranya adanya permintaan menyusul belanja pemilu 2009 dan kenaikan harga pangan.
"Tetapi kami yakin, laju inflasi masih akan berada dalam rentang yang sangat terkendali sehingga ini berpeluang untuk menekan laju inflasi hingga akhir tahun bisa mencapai 5 persen, bahkan bisa lebih kurang dari itu," katanya.
Menurut dia, stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang bertransmisi melalui impor barang komoditas berupa pelemahan inflasi impor (import inflation) menjadi alasan lain masih sangat terjaganya tekanan inflasi bulan ini.
"Apalagi nilai maupun volume impornya juga cenderung berkurang daripada ekspor," katanya.
Meskipun demikian, Bambang menolak menyebutkan kecenderungan besaran inflasi bulanan Mei, hanya saja inflasi tahunan (year on year/YoY) pada bulan ini berpeluang tercapai di bawah 6,5 persen.
Terkait proyeksi inflasi akhir tahun bisa ditekan hingga 5 persen, lanjutnya, didasarkan atas beberapa skenario yakni ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan tingkat harga yang relatif stabil.
Selain itu nilai tukar rupiah yang masih relatif stabil serta berkurangnya pengaruh lanjutan dari tekanan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi.
"Dengan skenario ini sebetulnya ada kemungkinan di bawah lima persen," katanya.
Sementara itu Kepala Ekonom PT BNI Tbk A Tony Prasetyantono mengaku, bulan Mei sangat berpeluang mengalami tekanan inflasi meski tidak berada dalam kisaran yang tinggi. "Inflasi Mei saya duga 0,2%," ujarnya.
Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang membuka peluang terjadinya tekanan inflasi Mei hanya sebesar 0,2 persen yakni adanya dorongan dari belanja kampanye yang menaikan demand domestik meski tidak dalam jumlah yang cukup besar. Di sisi yang lain, konsumen secara umum mulai mengerem belanjanya.
Karena itu, katanya, tekanan inflasi Mei ini tidak bisa besar, meski tidak menjadi deflasi seperti bulan April lalu sebesar 0,31 persen, sehingga, inflasi YoY Mei bisa ditekan menjadi 7%.
"Dengan kecenderungan inflasi yang terus rendah belakangan ini, saya yakin inflasi 2009 bakal rendah, maksimum lima persen," ujarnya.
Proyeksi Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti mengungkapkan, inflasi akan kembali terjadi pada bulan Mei ini besarannya sekitar 0,24 persen dengan inflasi tahunan 6,24 persen.
Destry bahkan memperkirakan, penurunan inflasi ke depan sangat berpeluang besar karena harga komoditi yang cenderung turun dibanding tahun lalu, stabilnya nilai tukar rupiah dengan kecenderungan menguat, serta tekanan dari permintaan domestik yang berkurang karena menurunnya daya beli masyarakat.
"Jadi, kami prediksikan inflasi hingga akhir tahun lima persen," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Produsen mestinya secara jantan menurunkan harganya, sehingga konsumsi atas produknya akan meningkat, dari pada hanya menambah ukuran/volume produknya sembunyi dibalik gratis sekian % atau diskon.