"Ada indikasi kuat, beberapa diantara mereka sering berkumpul di sebuah hotel di Singapura, dan memobilisasi pundi-pundi untuk bermain di ajang Pemilu Presiden. Ini harus benar-benar mendapat perhatian serius semua pihak," tandas Hanny Senewe dari Barisan Rakyat Indonesia Pro Demokrasi Bertabat dalam diskusi terbatas di Jakarta, Kamis.
Hal senada dinyatakan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kebangsaan (LKK), Viktus Murin yang amat mengkhawatirkan masuknya antek-antek pengemplang dana BLBI bernilai ratusan triliun rupiah untuk memanfaatkan ajang Pilpres.
"Problemnya adalah sampai sejauh mana mereka itu bisa diakomodir oleh Tim Sukses Capres-Cawapres kita. Jangan hanya karena ada tawaran dukungan logistik untuk memenangkan Pilpres, lalu kedaulatan ekonomi nasional digadaikan," tandasnya.
Sementara itu, Jeffrey Kawulur dari Barisan Rakyat Anti Korupsi (BRAK), berikrar akan berada di garis terdepan untuk membongkar indikasi manuver para konglomerat hitam dalam Pilpres nanti.
"Kami sudah punya data tentang nama hotel tempat bertemunya para pengemplang BLBI di Singapura itu, dan kemungkinan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) mana yang bakal didukung untuk mengamankan BLBI mereka," ungkapnya.
Intinya, demikian Jeffrey, mereka mungkin mengnginkan utang BLBI mereka dikonversi menjadi utang negara sehingga dibayar oleh APBN bersama dengan rakyat. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009