Kolombo (ANTARA News/AFP) - Tentara Sri Lanka pada Rabu menewaskan sedikitnya 11 anggota Macan Tamil, yang diduga luput dari pertempuran terakhir, saat pemimpin mereka ditumpas, kata pejabat tentara.
Tentara di daerah Ampara, Sri Lanka timur, bentrok dengan sisa anggota Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) dan menemukan sejumlah besar senjata sesudah membunuh 11 pemberontak itu, kata pejabat tersebut.
Bentrok pada Rabu terjadi di daerah sekitar 220 kilometer tenggara wilayah terakhir Macan Tamil dan merupakan baku tembak kedua antara pemberontak dengan tentara dalam sepekan sesudah pemerintah menyatakan menang.
Polisi meningkatkan keamanan di seluruh pulau itu untuk berjaga-jaga terhadap serangan balasan dari gerilyawan penyintas.
Sri Lanka akan mengadakan pemilihan umum daerah pada ahir tahun ini di bagian dari daerah di utara, yang dulu dikuasai Macan Tamil, untuk pertama kali dalam 15 tahun, kata pejabat pada Senin.
Jurubicara kementerian pemerintah setempat menyatakan pemilihan akan diadakan antara 4 dan 17 Agustus untuk memilih anggota dewan kotapraja di Vavuniya dan Jaffna, bagian dikuasai pemberontak sebelum kekalahan mereka pada pekan lalu.
Pemerintah mengadakan pemilihan anggota dewan kota setempat terakhir di Vavuniya, ibukota wilayah Wanni, pada Maret 2004. Pemilihan terahir di semenanjung Jaffna adalah pada 1998.
Daerah luas di wilayah Wanni di bagian utara pulau itu di bawah kekuasaan LTTE, yang berperang untuk membentuk negara Tamil di pulau dengan sebagian besar suku Sinhala tersebut.
Pemerintah mengadakan pemilihan umum daerah serupa di bagian timur pulau itu setelah wilayah tersebut direbut dari kekuasaan Macan Tamil pada Juli 2007.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon meminta Sri Lanka menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia saat penaklukan pemberontak Macan Tamil oleh pemerintah, kata pernyataan bersama pada Minggu.
Dalam pembicaraan dengan Presiden Mahinda Rajapakse, Ban menyoroti kepentingan tanggungjawab atas pelanggaran hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia, kata pernyataan itu.
Pemerintah menanggapi dengan mengatakan akan mengambil langkah untuk membicarakan keluhan tersebut, kata pernyataan setelah kunjungan Ban ke pulau itu pada hari sebelumnya.
Sejak kemenangan tentaranya atas pemberontak mengakhiri beberapa dasawarsa perang, Rajapakse menolak keras setiap tuduhan kejahatan perang.
Ribuan warga dipercaya tewas dalam serangan terhadap pemberontak LTTE, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan atas kematian bukan petempur itu.
Sejumlah badan bantuan dan kelompok hak asasi manusia menuduh tentara menggunakan serangan tanpa pandang bulu dan juga mengutuk Macan Tamil, yang menahan warga sebagai perisai manusia dan menembak mereka jika berusaha lari.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan lebih dari 7.000 warga tewas dalam empat bulan pertama tahun ini.
Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, menyatakan kedua pihak mungkin bersalah melakukan kejahatan perang.
Sengketa itu berakhir pada pertengahan Mei dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan sekitar 80.000 hingga 100.000 orang tewas dalam hampir tiga dasawarsa perang saudara di Sri Lanka antara pasukan pemerintah dengan pemberontak Tamil.
"Kami perkirakan, antara 80.000 hingga 100.000 orang tewas dalam kemelut 27 tahun lebih itu," kata Elisabeth Byrs, jurubicara Kantor Koordinasi urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA).(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009