New York (ANTARA News/Reuters) - Sebuah perusahaan investasi internet asal Rusia telah menanamkan modal 200 juta dolar AS (Rp2,1 triliun) dalam Facebook sehingga perusahaan penyedia jejaring sosial itu memiliki dana cadangan tuni selama resesi dan memantapkan valuasinya pada angka 10 miliar dolar AS (Rp105 triliun).

Digital Sky Technologies, yang berinvestasi pada beberapa penyedia internet utama Rusia seperti Mail.ru dan Vkontakte.ru, akan menguasai 2 persen saham Facebook dalam bentuk saham istimewa, kata kedua perusahaan itu, Selasa.

Valuasi baru ini lebih rendah 5 miliar dolar AS (Rp52,5 triliun) dibandingkan ketika pada 2007 Microsoft Corp membenamkan 240 juta dolar AS (Rp2,52 triliun) modalnya ke dalam Facebook untuk mendapatkan 1,6 persen saham jejaring sosial ini.

Ditanya mengenai valuasi yang lebih rendah ini, Kepala Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg mengungkapkan bahwa Microsoft telah berinvestasi pada saat jejering sosial itu berada di kondisi tepat di saat puncak kinerja pasar.

"Kesepakatan dengan Microsoft lebih merupakan kemitraan strategis dimana kedua perusahaan berkongsi dalam bidang iklan dan pencarian, sementara dengan Digital Sky tujuannya investasi keuangan belaka," kata Zuckerberg dalam satu jumpa pers.

Berdasarkan konteks itu dan keadaan perekonomian belakangan ini, Zuckerberg menilai kesepakatan diatara kedua perusahaan cukup adil dan valuasinya bagus.

Facebook sebenarnya tidak berniat meningkatkan dana tambahan, namun menyambut hangat investasi Digital Sky sebagai dana tunai cadangan yang akan membuat perusahaan ini nyaman, kata Zuckerberg.

Para investor potensial lainnya antri, tambah Zuckerberg, dan Facebook telah menyelenggarakan diskusi dengan beberapa kelompok yang berminat menanamkan modal di perusahaan ini.

Digital Sky menang karena pendirinya Yuri Milner dan Gregory Finger amat berpengalaman mengoperasikan perusahaan-perusahaan internet di Eropa Timur dan Rusia, disamping karena pemahaman yang sangat mendalam tentang teknologi jejaring sosial, kata Zuckerberg.

"Akhirnya (perjanjian investasi ini) disepakati dan saya nyaman bersama Yuri dan timnya," kata Zuckerberg (25) yang mendirikan Facebook di kamar asrama mahasiswa Universitas Harvard lima tahun lalu.

Sejak itu, situs jejaring sosial dimana orang bisa membuat halamannya sendiri, mengirimkan gambar dan bertukar pesan dengan teman-teman online mereka, tumbuh melesak.

Facebook kini memiliki lebih dari 200 juta anggota aktif, naik dua kali lipat dari angka Agustus tahun lalu. Sekitar 70 persen dari anggotanya itu berada di luar Amerika Serikat.

Kritik terhadap Facebook yang memperoleh sebagian besar pendapatannya dari iklan, adalah bahwa perusahaan itu masih belum memikirkan menyusun model pendapatan yang berkelanjutan (seperti umumnya perusahaan biasa).

Namun perusahaan ini mengatakan telah berada di relnya dalam meningkatkan pendapatan hingga 70 persen dari tahun ke tahun dan memiliki "cash flow" yang positif sampai 2010.

Pemimpin Digital Sky Yuri Milner yang lulusan Sekolah Bisnis Wharton dan CEO portal web Rusia mail.ru, menyatakan bahwa perusahaannya berharap bisa menularkan keahlian mencetak uang dari laman-laman yang dioperasikannya, kepada Facebook.

"Ini adalah keahlian teramat mudah dengan cara mengaplikasikan apa yang telah kami pelajari dari bagian-bagian dunia lainnya kepada Facebook," katanya sambil menambahkan bahwa dia berasa nyaman dengan valuasi Facebook yang kini mencapai 10 miliar dolar AS (Rp105 triliun).

Digital Sky juga berencana membeli sedikitnya 100 juta saham biasa Facebook dari para pemegang saham yang ada, demi memenuhi kecukupan likuiditas untuk masa sekarang dan untuk para pensiunan perusahaan yang menguasai saham Facebook.

Didirikan pada 2005, Digital Sky telah meningkatkan dan menanamkan modal kira-kira 1 miliar dolar AS (Rp10,5 triliun) di lebih dari 30 perusahaan, sebut laman resmi perusahaan itu.

Investasi baru itu juga akan memberi Faceboook keleluasaan untuk mengejar opsi-opsi strategis, kendati sejauh ini perusahaan tersebut tidaklah terlalu serakah.

Minggu lalu, Zuckerberg berkata pada Reuters Global Technology Summit bahwa dia berharap, pada akhirnya akan membawa perusahaannya "go public" namun dia tidak ingin tergesa-gesa melakukannya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009