Kantor, sekolah, dan layanan non-esensial di Selandia Baru telah ditutup selama tiga pekan terakhir, dan kegiatan ekonomi terhenti karena negara tersebut melakukan salah satu langkah karantina paling ketat di dunia.
Pemerintah telah memperkirakan bahwa angka pengangguran akan meningkat karena perlambatan ekonomi global dan domestik.
"Di sinilah kami dapat mengambil tindakan dan itulah mengapa kami melakukannya," kata PM Jacinda Ardern dalam konferensi pers untuk mengumumkan keputusan pemotongan gaji itu.
"Kami tahu bahwa ada warga Selandia Baru yang bergantung pada subsidi upah, mengalami pemotongan gaji, dan kehilangan pekerjaan karena pandemi global ini," ujar Ardern.
Selandia Baru pada Rabu (15/4) mencatat 20 kasus baru COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru, sehingga jumlah total kasus menjadi 1.386, dan sejauh ini telah tercatat sembilan kematian akibat COVID-19.
Pemerintah pada pekan depan diharapkan untuk memutuskan apakah akan memperpanjang masa karantina wilayah "Level 4" yang masih berlangsung saat ini.
Dalam pidatonya kepada komunitas bisnis Selandia Baru pada Rabu pagi, menteri keuangan Grant Robertson mengatakan bahwa pemerintah memutuskan untuk melonggarkan pembatasan dalam masa karantina. Hal itu ditekankan untuk mengizinkan kegiatan ekonomi yang aman untuk dimulai kembali.
Robertson juga mengatakan bahwa anggaran tahunan, yang akan diumumkan pada 14 Mei, akan fokus pada upaya pemulihan ekonomi.
"Anggaran tahunan itu akan mencakup pendanaan untuk tekanan biaya yang merupakan bagian penting untuk menjaga agar ekonomi negara kita terus berdetak. Namun, kita akan mencurahkan banyak sumber daya kita untuk memulai pemulihan ini," kata Robertson dalam pidatonya yang disampaikan kepada para pemimpin bisnis di Selandia Baru.
Sumber: Reuters
Baca juga: Renault bakal potong gaji Ricciardo akibat pandemi
Baca juga: Gaji presiden dan menteri Malawi dipotong 10 persen karena corona
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020