Seoul (ANTARA News/Yonhap) - Presiden Lee Myung-bak telah minta pada negaranya Selasa untuk bersatu menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh uji coba nuklir Korea Utara, dan mengatakan masyarakat internasional akan mengambil langkah-langkah terkeras yang pernah dilakukan terhadap negara komunis itu.

"Menghadapi uji coba nuklir terakhir itu, kita akan mengambil langkah-langkah balasan terkeras yang pernah terlihat sebelumnya melalui kerjasama erat dengan AS dan juga negara anggota lainnya dari pembicaraan enam-pihak -- Jepang, China dan Rusia," kata Lee pada awal pertemuan manajemen fiskal kabinet.

Pyongyang mengatakan Senin bahwa Korea Utara "dengan berhasil telah melakukan uji coba nuklir bawah tanah dini hari hari ini".

"Pemerintah kita akan bekerja dengan masyarakat internasional untuk meyakinkan bahwa Korea Utara akan melepaskan sepenuhnya semua ambisi nuklirnya," presiden itu menambahkan.

Seoul telah mengutuk uji coba nuklir terakhir Korea Utara itu sebagai "ancaman serius" pada perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan "tantangan" pada masyarakat internasional.

Lee menekankan perlunya untuk menghukum Korea Utara ketimbang mengikutkan negara komunis itu ketika berbicara dengan Presiden AS Barack Obama yang sedang menelpon Selasa dini hari, dengan menyebutkan Pyongyang telah dihadiahi oleh AS dengan konsesi pembicaraan langsung setelah negara itu melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 2006.

"Presiden Obama telah minta saya untuk mengingatkan warga kita mengenai aliansi Korea-AS yang kuat dan bahwa pengelakan nuklir AS dan militer yang kuat akan melindungi Korea Selatan menghadapi ancaman nuklir dari Utara," presiden itu mengatakan mengenai percakapannya dengan timpalannya dari Amerika tersebut.

Presiden AS itu menyebutkan Pyongyang, juga, harus menyadari kekuatan aliansi Korea-AS dan komitmen kuat Washington pada keamanan Selatan, kata Lee.

Ia menambahkan warga Korea Selatan telah bereaksi dengan sangat tenang, tapi menekankan bahwa mereka harus bersatu lagi dengan kuat untuk mengatasi ancaman dan kesulitan sekarang ini, termasuk krisis ekonomi global, yang sekarang dihadapi negara itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009