London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak berbalik menguat pada Selasa waktu setempat, setelah pada awal perdagangan melemah, turun di bawah 60 dolar AS, karena para pedagang mengambil arahan dari data kepercayaan konsumen yang lebih baik dari perkiraan, kata para dealer.
Prospek bahwa OPEC akan mempertahankan produksinya tak berubah dalam pertemuan mendatang, diperkuat oleh komentar Arab Saudi, sejalan dengan ekspektasi.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli, naik tiga sen menjadi 61,70 dolar AS per barel, setelah semula turun ke posisi terendah 59,53 dolar AS.
Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk penyerahan Juli, bertambah 50 sen menjadi 60,71 dolar AS.
Kepercayaan konsumen AS melompat ke posisi tertinggi delapan bulan pada Mei, dengan para konsumen memperlihatkan sinyal perbaikan di tengah ekonomi yang terjerumus ke dalam resesi, kata Conference Board, Selasa.
Indeks kepercayaan konsumen dari grup riset bisnis Conference Board, melonjak tajam menjadi 54,9 pada Mei, level tertinggi sejak September lalu, dari 40,8 pada April, dipicu harapan kondisi terburuk kemerosotan global kemungkinan telah berakhir.
Di tempat terpisah, para menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memompakan sekitar 40 persen dari pasokan minyak mentah dunia, akan melakukan pertemuan pada Kamis di Wina.
OPEC akan mempertahankan kuota produksi sekarang pada pertemuan mereka, Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Nuaimi mengindikasikan Selasa.
"Kami akan pertahankan produksi sekarang," kata menteri negara produsen minyak terbesar OPEC itu.
Ditanya jika disana ada sebuah konsensus pada posisi ini di antara para anggota grup, Nuaimi menjawab: "Kami akan mengetahui itu pada Kamis ketika kami bertemu."
Dia juga mengatakan, bahwa harga minyak akan naik menjadi 75 dolar AS per barel "kami harap antara kuartal tiga dan empat" tahun ini.
"Sebuah penguatan dolar dan beberapa komentar lanjutan bahwa di sana tidak akan terjadi pengurangan produksi pada pertemuan OPEC pekan ini kemungkinan menekan harga minyak," kata analis Sucden, Brenda Sullivan di London.
Penguatan mata uang AS menekuk permintaan untuk minyak mentah yang dihargakan dalam dolar, yang menjadi lebih mahal untuk para pembeli yang memeganh mata uang lemah. Ini berbalik menekan harga minyak turun.
OPEC telah dengan mantap mengurangi produksi sejak akhir tahun lalu dalam upaya mendorong harga yang telah jatuh dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli.
Harga minyak masih mendekati 60 dolar AS per barel meski pasokan minyak mentah berlimpah, kata konsultan energi CGES, Selasa.
"Minyak mentah Brent diperdagangkan pada 60 dolar AS per barel, sekalipun dunia tampak terendam minyak," kata yang CGES dalam laporan bulanan minyak terakhir.
"Pada kuartal pertama 2009, permintaan minyak global diperkirakan 3,6 juta barel per hari, turun pada tahun sebelumnya dan pada kuartal sekarang kami perkirakan mencatat rekor penurunan year-on-year dalam permintaan sekitar 1,5 juta barel per hari."
"Namun demikian, itu terlihat jika konsumsi minyak global kuartal kedua 2009 dapat berbalik menjadi lebih tinggi daripada kuartal pertama, berpotensi mengakhiri penurunan permintaan minyak global dalam lima kuartal berturut-turut."(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Itulah ciri dari rezim Neoliberalis, lebih berpihak pada kapitalis daripada ke rakyatnya sendiri. Dari Orba sampai sekarang sama aja.
Kok masih pede nyalonin diri ya,.....