Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kecamatan Tempel, Sleman Rini Isdarwati, mengatakan, bencana angin kencang ini yang kekuatannya cukup besar itu mengakibatkan kerusakan yang cukup parah.
"Dari pendataan awal jumlah rumah yang rusak mencapai puluhan unit dengan berbagai tingkat kerusakan mulai ringan, sedang hingga cukup parah, namun untuk kepastiannya masih akan kami data lagi besok (Rabu,27/5)," katanya.
Menurut dia, kerusakan rumah paling banyak terjadi di dusun Jropo yaitu 13 unit rumah warga rusak di bagian atap serta regol sebuah makam juga ambruk disapu angin.
"Sedangkan di dusun Jetengan tercatat satu rumah warga rusak ringan di bagian atapnya dan di salah satu dusun yang juga berdekatan dengan lokasi juga ada satu rumah warga juga rusak cukup parah karena tertimpa pohon melinjo yang tumbang," katanya.
Ia mengatakan, hingga malam ini evakuasi dan pembersihan lokasi yang rusak akibat amukan angin lesus memang belum dilakukan karena hujan masih turun cukup deras sementara aliran listrik padam.
"Kondisi yang gelap dan hujan menyulitkan kami melakukan evakuasi dan pembersihan, kemungkinan kami baru akan melakukannya besok," katanya.
Sedangkan Kepala Dusun Jropo Kasiman mengatakan, saat kejadian sebagian besar warga memang berada di dalam rumah karena hujan turun dengan deras namun ketika datang angin kencang warga mulai berjaga-jaga diteras atau serambi rumah untuk mengantisipasi segala kemungkinan.
"Sejauh ini tidak ada laporan adanya korban baik jiwa maupun korban luka, sementara ini kerugian masih berupa kerusakan rumah warga, dan kemungkinan kami baru akan bergotong royong besok karena malam hari ini tidak memungkinkan karena hujan masih turun dan kondisinya gelap," katanya.
Menurut dia, terjangan angin kencang tersebut hanya berlangsung singkat dan sebelumnya warga melihat seperti benda ramping yang jatuh dari langit dan kemudian menerjang rumah maupun pohon.
"Gulungan angin berpusar warna hitam tersebut terus berputar-putar di perkampungan dan menerbangkan apapun yang dilintasinya. Warga yang ketakutan kebanyakan menjerit-jerit histeris," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009