Sementara itu tiga polisi lainnya juga terluka.
Baku tembak antara polisi dan milisi terjadi di distrik al-Amiyira, jaksa penuntut umum mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian menerima informasi "bahwa ada sel teroris, yang menganut ideologi takfiri (sebutan bagi seorang Muslim yang menuduh Muslim lainya sebagai kafir dan murtad) menggunakan beberapa daerah sebagai tempat berlindung seperti di Kairo timur dan selatan sebagai titik awal untuk melakukan operasi teroris," kata pernyataan itu.
Mesir menggunakan istilah takfiri untuk merujuk pada kelompok milisi islamis yang sering menuduh korbannya sebagai kafir.
Dua stasiun televisi swasta menyiarkan rekaman adegan penembakan itu, yang tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters, dan meminta penduduk untuk tinggal di dalam rumah.
Senjata dan amunisi ditemukan bersama para tersangka, kata kementerian itu.
Jaksa penuntut umum mengatakan tim penyelidik telah dikirim ke lokasi baku tembak.
Mesir telah memerangi pemberontakan kelompok militan di bagian utara Semenanjung Sinai sejak penggulingan Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin pada 2013 menyusul protes massa terhadap pemerintahannya.
Militer dan polisi melancarkan kampanye besar-besaran terhadap kelompok-kelompok milisi pada tahun 2018, dengan fokus pada Semenanjung Sinai serta wilayah selatan dan perbatasan dengan Libya.
Serangan besar terakhir adalah pada November 2017 ketika kelompok milisi membunuh lebih dari 300 orang dalam sebuah serangan terhadap sebuah masjid di Sinai utara, insiden paling mematikan di negara berpenduduk terbesar di dunia Arab itu.
Sumber : Reuters
Baca juga: Serangan bom di Sinai utara tewaskan 4 polisi, 3 sipil
Baca juga: Bom di bawah mobil tewaskan dua orang di Iskandariyah Mesir, sasar kepala polisi
Baca juga: Presiden Mesir berduka untuk korban serangan teror di Kairo
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020