Jakarta (ANTARA) - Hipnoterapi belakangan ini sering digunakan sebagai terapi untuk mengubah suatu kebiasaan atau menyembuhkan trauma. Yang jadi pertanyaan, kapan terapi ini dibutuhkan oleh seseorang?
Hipnoterapi adalah tipe terapi yang menggunakan hipnosis, di mana kesadaran seseorang pun berubah. Sedangkan, hipnosis adalah rangsangan terhadap alam bawah sadar saat seseorang menjadi mudah diarahkan, dan kehilangan kekuatan untuk bereaksi.
Baca juga: Risiko jika pulang kerja masih cek email
Seorang hipnoterapis, Nabila Ghasanni mengatakan terapi ini bisa digunakan jika seseorang memiliki permasalahan yang terus berulang, misalnya seperti Yura Yunita yang kesulitan untuk mencapai nada tinggi. Saat dicari tahu akar masalahnya, ternyata terjadi trauma di masa kecil.
"Ini salah satu metode terapi psikis, ketika kita tahu kalau punya masalah dan itu terus berulang dan muncul terus-menerus. Itu waktunya kita butuh bantuan profesional," kata Nabila dalam bincang-bincang bersama Yura Yunita di YouTube dikutip Rabu.
Selama ini banyak yang salah kaprah terhadap hipnoterapi. Kebanyakan orang berpikir setelah melakukan hipnoterapi akan lupa terhadap masa lalu atau apa yang pernah dikerjakan. Menurut Nabila hal tersebut tidaklah benar, terapi ini justru memperbaiki persepsi baru dari masa lalu.
"Ini dilakukan dengan sangat sadar, itu namanya self hipnosis. Jadi diri kita harus mengizinkan bukan kayak yang di ATM duitnya diambil terus lupa. Ini kayak kita bangun tidur dan sebelum tidur. Di situ kita bisa ngomong sama pikiran bawah sadar kita dan ketika ada trauma, ya kita pulihkan," kata Nabila menjelaskan.
Nabila menambahkan hipnoterapi bukan melupakan tapi berdamai.
"Kayak kamu punya trauma, kita cari di mana akarnya kalau udah ketemu kita pulihkan. Kamu coba sampaikan yang enggak sempat diucapin dan memaafkan masa lalu," lanjutnya.
Menurut Nabila, orang Indonesia masih berpikir jika bertemu dengan seorang psikolog atau terapis akan dianggap memiliki gangguan jiwa. Padahal meminta bantuan profesional bisa memulihkan luka batin.
"Setiap orang punya luka dan masa lalu. Jadi bukan sakit jiwa tapi kamu punya luka dan bagus banget kalau sadar dan berniat untuk memulihkan luka tersebut," kata Nabila.
Baca juga: Psikolog: Dengarkan curhat bisa bantu cegah bunuh diri
Baca juga: Belajar mencegah depresi seperti yang dialami Joker
Baca juga: Masa remaja paling rentan alami gangguan jiwa, kata psikiater
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020