Jakarta (ANTARA News) - Pengamat perminyakan, Kurtubi, mengatakan pemerintah tidak perlu melakukan perubahan APBN 2009 dan menaikan harga BBM menyusul cenderung naiknya harga minyak dunia beberapa pekan belakangan ini.
"Pemerintah tak perlu khawatir adanya tren harga minyak dunia naik karena dana subsidi dari APBN yang dialokasikan Rp45 triliun masih belum terpakai," katanya di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan, harga BBM tidak perlu dinaikan karena APBN sudah mengalokasikan dana subsidi yang cukup untuk menanggulangi kenaikan harga minyak dunia.
Harga BBM di Indonesia yang menurut Kurtubi Rp4.500/liter masih di bawah harga pokok karena mendapat subsidi Rp400/liter sehngga dengan harga yang berlaku murah itu terbukti daya beli masyarakat terpelihara dan tidak menggangu APBN.
"Harga BBM murah berdampak baik pada tingkat daya beli masyarakat, tentunya membawa pertumbuhan ekonomi yang positif," jelasnya.
Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2009 berada di angka positif sekitar 4,4 persen, sementara negara-negara lain yang dilanda krisis masih negatif seperti Jepang sekitar minus dua persen, Amerika Serikat minus delapan persen dan Singapura minus 11 persen.
Ia menyebutkan, harga minyak dunia saat ini berada di angka 60 dolar AS per barel dan cenderung naik hingga akhir tahun nanti pada kisaran 75 - 80 dolar AS per barel.
"Pemerintah perlu waspada dan mengambil langkah, kalau harga minyak dunia berada di atas 80 dolar AS per barel," katanya.
Ia menjelaskan, naiknya harga minyak dunia akibat kondisi perekonomian dunia sudah berubah, di mana krisis keuangan dunia yang terjadi sudah pada titik rendah sehingga lambat laun ekonomi dunia membaik lalu.
Keadaan ini berdampak pada harga minyak dunia di mana pelaku pasar telah mengantisipasinya bakal meningkatnya lagi kebutuhan minyak dunia sehingga harga minyak menguat lagi.
Sementara, seorang panitia anggaran DPR, Enggartiasto Lukito mengatakan DPR masih menunggu dari pemerintah kalau ada revisi APBN, namun tentu harus sesuai jadwal yang ditetapkan melalui perubahan pada Juni mendatang.
"Kalau revisi hanya untuk kenaikan minyak dunia, saya rasa tidak perlu, karena dana subsidi juga belum terpakai, bahkan presiden juga mungkin tidak berani menaikan BBM dalam kondisi ini," kata anggota Fraksi Partai Golkar ini. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009