Lagos (ANTARA News/Reuters) - Militan Nigeria melancarkan seranganbesar-besaran pertama terhadap industri minyak sejak awal ofensifmiliter yang telah berlangsung 10 hari pada Minggu malam, dengan membompipa minyak Chevron dan menghentikan produksi 100.000 barel minyak perhari, demikian dilaporkan Senin.

Gerakan bagi Emansipasi DeltaNiger (MEND) mengatakan dalam sebuah pernyataan email, mereka telahmenyabotase pipa-pipa saluran ke stasiun pengaliran di Alero Creek,Otunana, Abiteye, Makaraba dan Dibi yang memasok fasilitas Chevron dinegara bagian Delta.

Perusahaan energi AS itu mengkonfirmasi bahwa salah satu pipa minyaknyadi daerah Abiteye diserang pada Minggu dan mengatakan, mereka telahmenghentikan produksi sebagai langkah pengamanan, sementarapemeriksaan-pemeriksaan masih dilakukan.

"Untuk melindungi lingkungan, maka insiden itu telah memgarah padapenghentian produksi sekitar 100.000 barel per hari dari operasi daerahrawa-rawa di negara bagian Delta," kata seorang jurubicara Chevron.

"Perusahaan kini sedang menilai keadaan, sementara insiden itu telahdilaporkan ke badan-badan pemerintah yang terkait," katanya.

Militer memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini pada 10 harilalu, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri di negara bagianDelta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyon pasukan untukmenumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan diri kedaerah-daerah sekitar.

Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelahserangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakankapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksipenuhnya selama beberapa tahun ini.

Pasukan keamanan menyatakan telah menghancurkan sedikitnya dua kampmilitan utama di daerah Chanomi Creek sekitar Warri sejak merekamelancarkan ofensif dan mereka kini menguasai daerah di kawasan sungaisekitarnya.

Namun, sumber-sumber industri dan keamanan mengatakan, pasukan tidakmungkin bisa melindungi sepenuhnya pipa minyak sepanjang ratusankilometer yang melewati daerah-daerah terpencil dan umumnya tidakberpenduduk, sehingga prasarana itu rawan serangan gerilya.

Kelompok MEND mengakhiri gencatan senjata pada 31 Januari setelahserangan militer terhadap salah satu kamp mereka di Delta Niger, danmemperingatkan mengenai serangan besar-besaran terhadap industri minyak.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kalimengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militerNigeria.

Kekerasan melanda negara Afrika tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini.

Keadaan tidak aman di Delta Niger, daerah penghasil minyak Nigeria,telah membuat produksi minyak Nigeria berkurang hingga seperlima sejakawal 2006.

Keamanan di Delta Niger memburuk secara dramatis pada awal 2006 ketikamilitan, yang menyatakan berjuang untuk mencapai kendali lokal lebihbesar atas kekayaan minyak di wilayah yang berpenduduk miskin itu,mulai meledakkan pipa-pipa minyak dan menculik pekerja asing.

Kelompok gerilya MEND pada 14 Januari mengancam akan mengakhirigencatan senjata dengan menyerang militer setelah seorang pemimpin gengtewas dibunuh oleh pasukan sehari sebelumnya.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada 21 September tahun lalu setelahserangan-serangan sepekan terhadap fasilitas industri minyak setelahpeluncuran "perang minyak" yang dimaksudkan untuk membalas seranganmiliter terhadap posisi-posisi mereka.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakanhukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculikdi kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanyadari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebutkemudian digantikan oleh Angola pada April tahun lalu, menurutOrganisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009