Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir mengapresiasi kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia dalam rangka menstabilkan nilai mata uang rupiah pada saat pandemi COVID-19 yang telah mewabah ke berbagai daerah di Tanah Air.
"BI berhasil melakukan Repo Line Credit kepada The Fed Bank sebesar 60 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (separuh cadangan devisa RI) sehingga pasar cukup confidence terhadap ketersedian moneter di dalam negeri," kata Achmad Hafisz Tohir dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Politisi Partai Amanat Nasional itu juga menyoroti bahwa BI dengan cepat pula menutup pelemahan cadangan devisa melalui penerbitan surat utang global pemerintah.
Baca juga: BI prediksi CAD triwulan I 2020 lebih rendah dari 1,5 persen PDB
Selain itu, ujar dia, kalangan perbankan nasional juga diapresiasi karena menahan diri dan tidak terpancing melakukan aktivitas yang bisa melemahkan rupiah.
Sebagaimana diwartakan, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore melemah tipis usai bank sentral menahan suku bunga acuan.
Rupiah ditutup melemah 15 poin atau 0,1 persen menjadi Rp15.645 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.630 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa, Bank Indonesia dalam pertemuan hari ini tetap mempertahankan suku bunga acuannya di 4,5 persen karena saat ini fundamental ekonomi masih cukup stabil dan di sisi lain BI hari ini kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi.
"Walaupun saat ini masa WFH, namun perdagangan tersebut sudah aktif bertransaksi dari pembukaan pagi dan kondisi global akibat pandemi Virus Corona ini sudah diantisipasi sebelumnya oleh Bank Indonesia, sehingga dengan sigap melakukan penjagaan ketat dan ekstra waspada terhadap mata uang garuda," ujar Ibrahim.
Baca juga: BI pastikan adanya pelonggaran sikap kebijakan moneter kedepannya
Intervensi tersebut, lanjut Ibrahim, mampu membawa rupiah relatif stabil meski pada Selasa sore melemah tipis.
Seperti diketahui, Bank Indonesia menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah untuk bank umum konvensional dan bank umum syariah atau unit usaha syariah mulai 1 Mei 2020 untuk menambah likuiditas di perbankan hingga Rp102 triliun.
"Penurunan GWM ini akan menambah likuiditas di perbankan Rp102 triliun," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020