Moskow (ANTARA News)- Uji coba nuklir Korea Utara (Korut) mengancam stabilitas regional, melanggar kehendak Dewan Keamanan PBB dan merupakan pukulan bagi usaha-usaha non proliferasi, kata kementerian luar negeri Rusia, Senin.

"Tindakan terbaru Korut itu memicu peningkatan ketegangan di Asia timur laut dan mengancam keamanan dan stabilitas kawasan itu," kata kemlu Rusia dalam sebuah pernyataan.

"Tindakan-tindakan terbaru Korut itu merupakan pelanggaran resolusi nomor 1718 Dewan Keamanan PBB, yang antara lain menetapkan Pyongyang tidak melakukan ujicoba-ujicoba nuklir," tambahnya.

Kemlu Rusia juga menyebut ujicoba nuklir Korut sebagai satu "pukulan serius pada usaha -usaha internasional yang bertujuan memperkuat Perjanjian Non Proliferasi Nuklir."

Mereka juga menilai Korut harus " melakukan pendekatan bertanggungjawab" dan mengindahkan keinginan Dewan Keamanan PBB serta mendesak negara komunis itu untuk kembali ke perundingan internasional enam negara.

Moskow adalah salah satu peserta dalam perundingan enam negara yang macet . Perundingan itu bertujuan agar Pyongyang menghentikan program nuklirnya dengan imbalan bantuan ekonomi. Peserta lainnya adalah AS, China , Jepang dan dua Korea.

Rusia memiliki perbatasan sepanjang 18km dengan Korut dan adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Senin siang, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow "cemas" dengan ujicoba itu dan menambahkan Dewan Keamanan PBB akan melakukan sidang sekitar pukul 20)0 GMt ( 03:00 WIB Selasa) di New York untuk membicarakan situasi itu.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pihaknya mencatat kekuatan ledakan nuklir Korut itu antara 10 dan 20kiloton TNT.

Itu adalah peningkatan besar dari ujicoba nuklir pertama Pyongyang tahun 2006 yang kekuatannya kurang dari satu kiloton.

Pyongyang mengatakan pihaknya "berhasil " melakukan ujicoba nuklir bawah tanah. Pemerintah-pemerintah Barat bereaksi marah atas ujicoba itu seperti juga halnya dengan tetangga terdekat Korut yaitu Korsel dan Jepang.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009