Pekanbaru (ANTARA News) - Data dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyebutkan suhu udara mencapai 36 derajat Celcius pada Minggu ini sehingga cuaca di Pekanbaruterasa sangat panas dan membuat warga gerah untuk berada di tempat-tempat terbuka.

"Hari ini temperatur tertinggi di Pekanbaru mencapai 36 derajat Celcius," kata staf analisa BMKG Pekanbaru Slamet Riyadi menanggapi teriknya cuaca di ibukota Provinsi Riau itu.

Ia mengatakan, kondisi cuaca yang amat terik ini tidak hanya terjadi di Pekanbaru, tetapi juga daerah lain di Riau dan diprediksikan merupakan puncak musim kering dalam bulan ini.

Menurut dia, hasil dari pencitraan satelit BMKG, tekanan rendah telah mengurangi pembentukan awan, sehingga peluang hujan kian menipis di wilayah Riau. Tekanan rendah yang terjadi di Laut China Selatan telah menyedot udara dan menganggu pembentukan awan di sebagian wilayah Sumatera termasuk Riau.

"Tekanan rendah di sejumlah samudera memberikan dua dampak bagi sejumlah wilayah yang berdekatan dengannya. Sebagian wilayah lain akan mengalami musim hujan dan sebagian lainnya mengalami musim kering. Tekanan rendah di Laut Cina Selatan saat ini telah memberikan efek krisis hujan alias musim kering di wilayah Sumatra termasuk Riau dalam bulan ini," katanya.

Sementara itu, beberapa warga Pekanbaru yang ditemui di pusat-pusat perbelanjaan moderen yang ada di ibukota Provinsi Riau itu mengakui datang ke mal bukan untuk berbelanja tetapi sekedar mendinginkan diri karena panasnya udara.

"Udara panas bumi ini terasa betul. Cuaca sangat panas itu sebabnya kami mencari udara dingin di mal," ujar Yulifina (42) warga Pekanbaru yang bermukim di Jalan Sekolah, Rumbai.

Ia bersama dua anaknya sengaja mendatangi Mal Pekanbaru dengan alasan di rumahnya alat pendingin udara tidak berfungsi karena listrik mati.

Pernyataan serupa juga diungkapkan Anita Ali (28) yang mengaku tidak betah dirumah karena merasa gerah dan panas.

"Jalan-jalan ke mal karena di sini udaranya terasa dingin," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009