Pangkalpinang (ANTARA News) - Partai Hanura tidak pernah membicarakan tentang jatah kursi menteri dalam pembicaraan koalisinya dengan Partai Golkar, dalam rangka menyatukan kekuatan untuk memenangi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 8 Juli 2009.

"Hanura tidak mencari jabatan atau menteri, tetapi bertekad sama-sama berjuang untuk membangun kembali masa depan Indonesia lebih baik ke depannya," ujar Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Sabtu.

Justru itu, kata dia, pada saat pertemuan empat mata dengan Jusuf Kalla untuk membicarakan tentang koalisi berlangsung cukup singkat dan langsung membuahkan hasil.

"Saya bertemu dengan Jusuf Kalla berbicara empat mata, satu kali bicara langsung selesai karena saya berprinsip lebih cepat itu akan lebih baik, karena saya tidak pernah mengedepankan posisi tawar seperti jatah jabatan menteri dan sebagainya," ujarnya.

Ia mengatakan, sekali pertemuan dengan Jusuf Kalla langsung menghasilkan sebuah kesepakatan karena tidak pernah bicara posisi tawar dan mahar sehingga berlangsung singkat dan cepat.

"Kalau sudah bicara posisi tawar, mahar dan berapa jumlah menteri yang harus didapatkan, sehingga lama baru menghasilkan sebuah kesepakatan," ujarnya.

Namun, kata dia, kesepakatan koalisi Partai Golkar dan Hanura berlangsung singkat dan cepat, hanya satu kali pertemuan langsung menghasilkan suatu keputusan.

"Satu kali pertemuan langsung ada keputusan, tinggal lagi menyatakan kapan "ijab kabulnya". Kami tidak bicara jatah dan dapat jabatan menterinya berapa, tetapi bicara perjuangan," ujarnya.

Golkar dan Hanura, kata dia, mempunyai satu perjuangan yang sama yaitu mengubah Indonesia lebih adil, mandiri, dan bermartabat.

"Simbol lebih cepat lebih baik ini tidak asal-asalan saja karena kita saat ini menghadapi suatu persaingan global yang sangat dahsyat, sehingga negara yang cepat dalam mengambil keputusan yang bisa keluar sebagai pemenang dalam persaingan," ujarnya.

Ia menyatakan, tidak mungkin orang yang lambat bisa keluar sebagai pemenang, sebab dalam sebuah persaingan atau pertandingan tidak ada istilah adu lambat melainkan adu kecepatan.

"Makanya Hanura melakukan langkah cepat dalam berunding. Buktinya kesepakatan koalisi berlangsung cepat, demikian juga dengan pendeklarasian. Jika lebih cepat, maka banyak waktu untuk bicara kepada publik," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009