Medan (ANTARA News) - Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed), Prof Dr. Usman Pelly, MA, mengatakan buku-buku Islam yang berbahasa Indonesia keberadaannya diberbagai perpustakaan di dunia masih sangat minim.

Hal ini berakibat pada tidak masuknya Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa Islam di dunia yang wajib dipelajari oleh mahasiswa yang menuntut ilmu S-2 maupun S-3 di Amerika Serikat.

Di Amerika, mahasiswa yang memperdalam kajian tentang keislaman diharuskan memahami minimal dua bahasa asing dari 12 bahasa wajib seperti Inggris, Belanda, Prancis, Italia dan Urdu (India).

"Sementara Bahasa Indonesia sama sekali tidak termasuk dalam bahasa wajib, hal ini karena tidak ada buku berbahasa Indonesia yang ditemukan di Amerika sebagai bahan referensi," katanya di Medan saat peresmian perpustakaan Casa Mesra Library.

Padahal, tambah dia, bukan tidak sedikit orang-orang Indonesia yang dapat dikatakan sebagai cendekiawan muslim. Seperti misalnya Syeh Al Banteni pada tahun 1930-an telah membuat buku yang membahas tentang keislaman, namun buku yang dibuatnya itu bukan berbahasa Indonesia melainkan berbahasa Arab.

"Hasil pencaharian saya di berbagai perpustakaan di Amerika Serikat, sama sekali tidak ditemukan buku Islam yang berbahasa Indonesia, padahal Indonesia merupakan negara berpenduduk muslin terbesar di dunia,"katanya.

Pada kesempatan itu ia juga mengatakan, minimnya buku Islam yang ada diperpustakaan besar di dunia dapat menjadi bahan pemikiran bagi cendekiawan muslim Indonesia.

"Sudah saatnya cendikiawan muslim Indonesia membuat buku tentang Islam yang berbahasa Indonesia. Kemudian buku-buku tersebut dikirimkan ke berbagai perpustakaan baik di Indonesia maupun di dunia, agar suatu saat Bahasa Indonesia juga dapat menjadi salah satu bahasa wajib bagi mahasiswa di Amerika yang memperdalam tentang keislaman.

Perpustakaan Casa Mesra Library tersebut berisi sebanyak 10 ribu judul buku koleksi pribadi antropolog Unimed itu, yang mulai dikumpulkannya sejak tahun 1956 dari berbagai negara seperti Amerika, Belanda dan Jerman.

Ke-10 ribu judul buku tersebut terdiri dari empat bahasa yakni Bahasa Indonesia, Inggris, Arab dan Belanda yang meliputi buku antropologi, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, hukum dan humaniora serta beberapa tesis, disertasi, jurnal dan kompilasi seminar dalam negeri dan luar negeri.

Selain itu, perpustakaan yang dibuka untuk umum itu juga berisi sebanyak 40 macam ensiklopedi tentang sosial budaya, agama dan pendidikan.

"Buku-buku yang ada diperpustakaan ini terbuka untuk umum, tapi tidak untuk dibawa pulang dan hanya dapat dibaca disini saja kalau difotocopy boleh," katanya.

Sementara Pj Walikota Medan, H Afifuddin Lubis yang turut hadir dalam pembukaan perpustakaan casa Mesra Library tersebut mengatakan, ide membuka perpustakaan untuk umum yang dilakukan Prof Usman Pelly tersebut dapat menjadi contoh bagi kalangan intelektual lainnya.

"Menanamkan kebiasaan membaca kepada generasi muda menjadi tanggung jawab kita bersama.Karena dengan membaca, kita akan dapat mengetahui perkembangan dunia," katanya.(*)


Oleh
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009