Surabaya (ANTARA News) - Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun akan mementaskan karya seni berjudul "Presiden Balkadaba" di Balai Pemuda Surabaya, Jawa Timur, pada 9 sampai 10 Juni 2009.
Pengurus Dewan Kesenian Surabaya Hanif Nashrullah di Surabaya Jumat mengatakan, acara tersebut diselenggarakan atas kerja sama Dewan Kesenian Surabaya dan Forum Bangbang Wetan.
Menurut dia, budayawan asal Desa Menturo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang itu akan menampilkan puisi bertutur dengan iringan musik.
Balkadaba adalah salah satu binatang yang tergabung dalam rombongan perahu Nabi Nuh untuk menyelamatkan diri dari banjir besar akibat pencairan kutub selatan yang kemudian mengubah dataran sangat luas dari timur Afrika hingga Papua menjadi gugusan ribuan pulau.
"Sebagai makhluk Tuhan yang sangat dahsyat, iblis memiliki kekuatan dan kemampuan. Secara kontroversial, dia mampu menyelundupkan dirinya ikut dalam perahu Nabi Nuh dengan `gandholan` pada ekor Balkadaba," kata Cak Nun.
Lewat pentas musik dan puisi itu, Presiden Balkadaba mengimbau agar para calon pemimpin rakyat meningkatkan kewaspadaannya karena iblis bisa berpegangan pada ekor kekuasaan mereka.
"Iblis menjadi mitra ujian mental dan moral bagi mereka dan kalau kalah akibatnya adalah kesengsaraan rakyat yang tiada akhir," katanya.
Cak Nun menjelaskan, pemilihan tema pentas "Presiden Balkadaba" ini dikaitkan dengan momentum pemilu yang baru saja berlalu serta Pemilu Presiden yang akan berlangsung bulan Juli mendatang.
"Kita ini rakyat dan warga negara yang selalu belajar sehingga tidak berekspresi apapun kecuali untuk proses pembelajaran dan berpartisipasi dalam hajatan bangsa yang biayanya besar-besaran," katanya.
Ia berpendapat, kedua ajang pesta demokrasi itu ditempuh oleh bangsa Indonesia dengan total kekuatan uang yang secara tak tertulis disepakati bersama secara nasional.
"Politik uang yang dilaksanakan oleh hampir seluruh peserta dan diterima oleh hampir seluruh rakyat itu harus kita catat sebagai rekor prestasi terbesar tingkat dunia yang tidak pernah dicapai oleh bangsa manapun. Momen ini mampu mencatat rekor moral, rekor jumlah uang, dan rekor kedamaian dalam lalu lintas bagi-bagi uang," katanya.
Pentas musik dan puisi ini pernah dibawakan Cak Nun di Surabaya, 30 tahun lalu. Ketika itu dia tampil bersama kelompok musik Dinasti dan menjadi tonggak kepeloporan bentuk pemanggungan musik dan puisi di Tanah Air yang telah dikreasikan pada era 1970-an.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009