"Ada keluhan dari dokter residen, mereka masih bekerja dengan kondisi APD yang kurang memadai. Kami mohon sekali untuk menjaga diri, meskipun keadaan darurat. Kita butuh para dokter, dokter residen, maupun spesialis agar bisa menang melawan pandemi COVID-19 ini," ujar Nizam saat peluncuran daring aplikasi Relawan COVID-19 Nasional (RECON) yang diikuti dari Jakarta, Senin.
Baca juga: 1.442 masyarakat umum mendaftar Relawan Kemendikbud, tangani COVID-19
Baca juga: Kemendikbud luncurkan aplikasi RECON
Dia menambahkan pihaknya berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pengadaan APD. Meski demikian, tenaga medis perlu menjaga diri selama di lapangan.
Sebelumnya, Kemendikbud menyerahkan bantuan APD yang terdiri dari 2.000 baju pelindung, 2.000 pelindung muka dan 466 sepatu bot kepada relawan mahasiswa dan Rumah Sakit Pendidikan.
Selain itu, inovasi yang dilakukan perguruan tinggi, seperti pembuatan ventilator dan APD juga patut diapresiasi.
"Harapannya bisa membantu relawan medis yang berada di garda terdepan. Jadi ini mohon dikawal bersama, bagaimana pengujiannya dan memastikan bahwa alat itu aman untuk digunakan," ucapnya.
Kemendikbud, tambah dia, berusaha untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit maupun relawan Kemendikbud.
Baca juga: Kemendikbud serahkan bantuan APD ke relawan dan rumah sakit
Jumlah relawan yang mendaftar sebagai Relawan Kemendikbud mencapai 15.695 orang, terdiri dari masyarakat umum 1.442 orang, mahasiswa nonkesehatan 2.739 orang, mahasiswa kebidanan 315 orang, mahasiswa farmasi 461 orang.
Selain itu, mahasiswa kesehatan masyarakat 744 orang, mahasiswa keperawatan 1.272 orang, mahasiswa S1 kedokteran 2.493, mahasiswa co-ass 1.062, tenaga medis 2.136 orang, dan mahasiswa bidang kesehatan lain 3.031 orang.
Tugas relawan, yakni melakukan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta pendampingan secara daring, dan apabila mendesak dapat membantu melakukan penelusuran kontak di bawah pengawasan manajer di wilayahnya.
Baca juga: Kemendikbud rekrut mahasiswa jadi relawan kemanusiaan
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020