Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak berada di atas 60 dolar AS per barel di perdagangan Asia Jumat, di tengah adanya tanda-tanda naiknya permintaan energi di Amerika Serikat, mesin pertumbuhan utama bagi ekonomi dunia.

Dalam perdagangan pagi, kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah light sweet pengiriman Juli naik 49 sen menjadi 61,54 dolar per barel, demikian dikutip dari AFP.

Minyak mentah Laut Utara Brent juga untuk pengiriman Juli naik 52 sen menjadi 60,45 dolar per barel.

"Pasar rupanya mengikuti pola seputar tanda-tanda cenderung menguat beberapa pekan terakhir...bahwa kami melihat dua pekan berturut-turut inventaris menurun di Amerika Serikat," kata Tony Nunan, manajer resiko energi pada Mitsubishi Corp di Tokyo.

Data yang diterbitkan Rabu menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah di konsumen energi terbesar dunia itu turun dengan 2,1 juta barel pada pekan yang berakhir 15 Mei lalu, jauh lebih besar ketimbang ekspektasi pasar penurunan 700.000 barel.

Penurunan tersebut dalam inventaris mengindikasikan bahwa permintaan energi menguat meskipun resesi dalam di Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia dan juga konsumen minyak terbesar dunia.

Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa tingkat harga saat ini di mana tidak ada kaitannya dengan pelemahan kondisi ekonomi global.

"Jika anda mempunyai suatu tinjauan pada fundamental di pasar saat ini, inventaris di Amerika Serikat tetap pada tingkat tinggi dalam 19 tahun," kata Ben Westmore, ekonom pada National Australia Bank.

Minyak mentah New York telah kembali menguat ke tingkat tinggi enam bulan mencapai 62,26 dolar pada Rabu setelah data menunjukkan penurunan dalam inventaris minyak Amerika Serikat.

Harga minyak pernah mencapai rekor tinggi di atas 147 dolar AS per barel pada pertengahan Juli tahun lalu sebeluam krisis finansial global berlangsung pada beberapa bulan terakhir 2008, mendorong ekonomi dunia memasuki resesi dan memangkas permintaan energi.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009