Rencana mereka digagalkan oleh Biro Penyelidik Federal (FBI) berdasarkan rekaman pembicaraan para tersangka dengan seorang informan FBI yang menyusup ke kelompok tersebut.
Aksi teroris yang akan dilakukan oleh keempat tersangka, yaitu James Cromitie, David Williams, Onta Williams serta Laguerre Payen --warga Haiti-- bermula dari keluhan Cromitie kepada informan tersebut.
Surat kabar lokal Daily News mengutip keterangan para pejabat FBI dan kepolisan New York (NYPD), bahwa pada Juni 2008, James Cromitie mengatakan kepada sang informan bahwa ia kecewa atas aksi militer terhadap masyarakat Muslim di Pakistan dan Afghanistan, tempat orangtuanya pernah tinggal.
Ia mengatakan dirinya ingin melakukan "sesuatu untuk Amerika".
Pada Oktober 2008, Cromitie dan tiga tersangka lainnya mulai melakukan pertemuan di sebuah rumah di Newburgh di negara bagian New York. Menurut informan, mereka membahas rencana penyerangan terhadap pesawat militer serta sebuah sinagog di Bronx.
Keempat tersangka memang merupakan warga Newburgh, yang terletak sekitar 95 kilometer di sebelah utara Kota New York.
Dalam kesempatan itu Cromitie minta si informan untuk menyediakan peluru kendali darat-ke-udara.
Satu bulan kemudian, Cromitie bersama informan membahas target-target potensial di New York. Cromitie mengeluh bahwa "target terbaik (World Trade Center) sudah dijatuhkan" dan "Saya ingin (menghancurkan) satu sinagog".
Pada 10 April 2009, para tersangka sudah menentukan target-target serangan mereka, yaitu sebuah sinagog dan pusat kegiatan masyarakat di Bronx. Saat itu Cromitie melakukan pengambilan gambar pusat kegiatan masyarakat tersebut dengan kamera yang dibelinya di pertokoan Walmart.
Tanggal 24 April, para tersangka memilih tempat untuk melakukan penembakan pesawat dan mulai memotret pesawat militer di Newburgh.
Pada 6 Mei, Cromitie, David Williams dan Laguerre Payen bersama informan FBI berangkat ke sebuah gudang di Connecticut untuk mengambil peralatan yang dikatakan sebagai sistem peluru dan peralatan lainnya. Kepada para tersangka, sang informan mengaku bahwa peralatan tersebut didapat dari kelompok teroris Jaish-e-Mohammed. Sebenarnya, alat-alat yang sudah tak berfungsi itu disediakan oleh FBI.
Dua hari kemudian, keempat tersangka memindahkan persenjataan dari gudang dan membawanya ke sebuah rumah di Newburgh.
Pada tanggal 20 Mei, keempat tersangka akhirnya diringkus dan ditahan atas tuduhan berencana meledakkan dua sinagog di kota New York dan menyerang sebuah pesawat militer AS.
Menyusul tertangkapnya para tersangka, pada Kamis para personil NYPD terlihat berjaga-jaga di beberapa titik di Bronx, termasuk di luar gedung pusat kegiatan komunitas Yahudi, Riverdale Jewish Center --salah satu titik yang menjadi target pemboman.
Para tersangka akan mulai disidangkan pada 5 Juni mendatang. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Tiga orang itu pedagang rosok (besi bekas) yang ditawari besi-besi tua oleh oknum militer AS. Karena harganya tidak cocok, lalu ketiganya difitnah sebagai perencana aksi teroris. Apa untungnya bagi AS/FBI? Ya jelas cari pamor, \"Nih, Gue! Agen terhebat di dunia!\" Padahal omong kosong. Ingat laporan mereka yang BOHONG BESAR soal nuklir di Iraq dan akibatnya negeri 1001 malam itu dibumihanguskan oleh AS (Anak Setan). Cerita apa lagi dari negeri pembohong itu.