Jakarta (ANTARA News) - Penjualan sate babi di Kawasan Wisata Kuliner Malam Pecenongan, Jakarta Pusat menurun hingga 50 persen sejak tiga pekan terakhir ini akibat merebaknya kabar virus flu babi.
Salah seorang pedagang sate babi, Yeni Natalia, di Jakarta, Kamis malam, mengatakan sejak itu, pembeli sate babi dan sop babi menjadi menurun drastis.
"Sepinya pembeli mengakibatkan pendapatan kami juga menurun," katanya saat ditemui ANTARA di kawasan wisata kuliner.
Selain itu, kata Yeni, harga sate babi juga turun sekitar Rp5 ribu dari harga semula sebesar Rp35 ribu, kini menjadi Rp30 ribu, sedangkan harga sop babi tetap dengan harga Rp25 ribu.
"Harga terpaksa kami turunin, padahal harga daging babinya tidak turun. Jadi mau gimana lagi, ini sudah menjadi resiko kami," ujar Yeni yang sudah berdagang lebih dari 22 tahun itu.
Menurut dia, jika sebelumnya pihaknya mampu menghabiskan 5 kilogram daging untuk sate babi dan 7 kilogram untuk sop babi, maka saat ini hanya mampu menghasilkan 2-3 kilogram.
Adapun pembeli, kata dia, rata-rata kebanyakan dari kalangan kelas menengah ke atas yakni dari warga negara asing (WNA) dan warga keturunan China.
"Untuk warga asing yang sering datang kesini biasanya warga Singapura yang menginap di hotel sekitar Peconongan," kata ibu empat anak ini.
Hal yang sama juga dikatakan salah seorang penjual sate babi lainnya, Mulyanto, yang mengaku pendapatannya menurun akibat merebaknya kabar flu babi.
"Pembeli sepi, padahal harga sudah kami turunin," katanya.
Untuk itu, kata dia, pihaknya dan juga para pedagang lainnya berharap agar sepinya pembeli bisa segera berakhir.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009