Jakarta (ANTARA News) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) diperkirakan mampu mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar satu digit pada 2009 di tengah krisis keuangan global.
"Tahun ini kita proyeksikan pendapatan dan pos laba bersih tumbuh single digit (mendekati 10 persen)," kata Direktur Utama Telkom, Rinaldi Firmansyah, di Purwakarta, Kamis.
Pada tahun buku 2008, Telkom mencatat laba bersih sebesar Rp11,32 triliun atau turun sekitar 12 persen dibanding tahun 2007 sebesar Rp12,86 triliun.
Ia optimistis di tengah krisis keuangan global dan potensi kerugian akibat selisih kurs, kinerja keuangan masih positif.
Menurut Rinaldi, proyeksi peningkatan pendapatan tahun ini didorong pertumbuhan jumlah pelanggan layanan telepon seluler (Telkomsel), telepon tetap nirkabel (FWA/TelkomFlexi), layanan data internet (Speedy), dan layanan multimedia.
"Di saat pelanggan seluler operator lain merosot, pelanggan layanan TelkomGrup justru meningkat," tegasnya.
Hingga triwulan I 2009, jumlah pelanggan Telkomsel mencapai sekitar 70 juta, TelkomFlexi 13 juta, dan Speey sekitar 400.000.
Rinaldi menjelaskan, selain penambahan pelanggan, perseroan juga berupaya meningkatkan upaya efisiensi operasional.
Efisiensi, kata dia, akan dilakukan melalui program sinergi TelkomGrup yang terbukti dalam dua tahun terakhir mampu menghemat biaya sekitar Rp4 triliun.
Penghematan dilakukan pada infrastuktur jaringan, commerce, dan shared service meliputi penggunaan menara bersama, sistem kabel serat optik, pemasaran produk hingga pemanfaatan kantor layanan bersama.
Meski begitu, Rinaldi masih mengkhawatirkan bakal terjadinya rugi selisih kurs, yang hingga akhir Maret 2009 tercatat Rp1,5 triliun-Rp1,6 triliun.
"Rugi kurs karena nilai tukar melonjak dari Rp9.000 ke Rp11.000 dan itu dialami seluruh operator komunikasi di Indonesia sampai kuartal I-2009," katanya.
Untuk tahun 2009 Telkom menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar 2,1 miliar dolar AS. (*)
Pewarta:
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2009
Direksi Telkom, selaku milik negara, mestinya berfikir untuk tidak memberatkan masyarakat ...dengan tarif yang selalu naik...BUMN yang tidak rugi, sudah bagus...selaku milik negara, mestinya berperan dalam memajukan kesejahteraan umum, sesuai pembukaan UUD 45. bukan memberatkan masyarakat...