Individu tersebut dalam kondisi stabil dan masih dirawat oleh tenaga kesehatan

Aden (ANTARA) - Pemerintah Yaman pada Jumat melaporkan kasus pertama penularan COVID-19 setelah koalisi negara-negara pimpinan Arab Saudi pada Kamis (9/4) menghentikan sementara pertempuran karena ancaman pandemi itu.

Kasus pertama COVID-19 ditemukan pada saat sejumlah lembaga kemanusiaan masih berupaya membantu tenaga medis setempat menyiapkan diri menghadapi ancaman pandemi. Pasalnya, perang sipil di Yaman mengganggu sistem kesehatan, menyebabkan kelaparan, dan penularan penyakit.

Koalisi negara pimpinan Arab Saudi, yang bertempur melawan pemberontak Houthi, menyatakan pihaknya menarik diri dari seluruh pertempuran pada Kamis, demi mencegah risiko penularan penyakit. Kelompok itu mengatakan akan menunda operasi militer selama dua minggu di Yaman.

Akan tetapi, pihak Houthi belum mengikuti aksi gencatan senjata itu.

Pemerintah Yaman, melalui Komite Tinggi Darurat Nasional lewat unggahannya di Twitter, mengumumkan pasien pertama COVID-19 itu berada di Hadhramout, wilayah penghasil minyak di bagian selatan.

"Individu tersebut dalam kondisi stabil dan masih dirawat oleh tenaga kesehatan," kata komite tersebut, seraya menambahkan, pemerintah telah mengambil langkah yang diperlukan.

Komite Darurat Nasional tidak menjelaskan kebijakan yang telah diterapkan Pemerintah Yaman untuk mengendalikan penyebaran COVID-19.

Penderita COVID-19 itu, menurut seorang pejabat daerah, merupakan warga negara Yaman yang bekerja di Pelabuhan Ash Shihr.

Jika virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, menyebar di Yaman, dampaknya akan "parah", mengingat riwayat kesehatan hampir separuh dari populasi di Yaman "sangat buruk" dan negara itu tidak memiliki persediaan cukup, kapabilitas, dan fasilitas kesehatan memadai, kata koordinator bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Yaman, Lise Grande, Kamis (9/4).

Yaman telah terjebak dalam konflik senjata sejak pemberontak yang didukung Iran, Houthi, menggulingkan pemerintahan di ibu kota negara, Sanaa, pada akhir 2014. Aksi itu menyebabkan koalisi negara pimpinan Arab Saudi ikut campur dalam konflik.

Pertempuran yang telah berlangsung selama lima tahun di Yaman telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menyebabkan jutaan warganya menderita kelaparan.

Sumber: Reuters

Baca juga: PBB puji gencatan senjata sepihak Koalisi Arab di Yaman

Baca juga: Enam tentara Yaman tewas akibat ledakan ranjau darat

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020