Polisi belum berhasil mengungkap motif di balik peristiwa yang menewaskan pasangan suami-istri, Joko Purnomo (34) dan Senok (34) serta mengakibatkan seorang perempuan bernama Herlina (32), warga Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto itu kritis.
"Kami masih belum bisa menentukan penyebab utama kebakaran ini. Namun yang jelas, di lokasi kejadian kami menemukan banyak sekali tiner yang tersimpan di dalam salah satu ruangan rumah itu," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Mojokerto, AKP Rofiq Ripto Himawan, Selasa.
Dalam olah tempat kejadian perkara (TKP), petugas kepolisian menemukan kompor minyak tanah dalam keadaan hangus terbakar, kaleng biskuit yang pada bagian tengahnya berlubang, beberapa jeriken berisi tiner, dan sejumlah botol berukuran 600 mililiter.
Barang-barang tersebut dibawa petugas Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya guna penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut.
Selama ini pasangan suami istri yang baru dua pekan mengontrak rumah tersebut melakukan aktivitas pengemasan tiner. Tiner yang dibeli dalam kemasan jeriken berukuran 20 liter itu kemudian dituangkan ke dalam botol-botol berkapasitas 600 mililiter untuk dijual di pasaran.
Oleh sebab itu dugaan sementara, ledakan yang menewaskan pasangan suami istri itu terjadi saat proses penutupan botol tiner yang dipanaskan dengan menggunakan kompor minyak tanah. Percikan api dari kompor itu menyulut cairan tiner baik yang ada di dalam botol maupun jeriken sehingga menimbulkan ledakan dan kobaran apinya melalap tubuh korban.
Terlepas dari pemeriksaan yang dilakukan petugas kepolisian hingga saat ini, peristiwa tersebut menyisakan teka-teki. Di dalam rumah itu ada seorang perempuan bernama Yuli Winingsih yang selamat dalam musibah itu.
Tak jelas betul, siapa perempuan yang pada saat kejadian itu sedang berada di kamar tidur seorang diri. Padahal ketiga korban lainnya, yakni Joko Purnomo, Senok, dan Herlina sedang melakukan aktivitas pengemasan tiner.
Saat diperiksa pihak kepolisian, Yuli mengaku pada saat kejadian dia sedang berada di kamar karena sakit. "Saya tidak enak badan, makanya saya masuk kamar," katanya.
Menurut keterangan warga yang tinggal di sekitar TKP, rumah tersebut selalu dalam keadaan terkunci dan penghuninya tidak pernah menjalin hubungan dengan para tetangga.
"Dia baru sekitar dua minggu menempati rumah kontrakan itu," kata Labib Ubaidillah selaku Ketua RT 6/RW II Desa Lengkong.
Ia mengungkapkan, saat mengajukan surat pemberitahuan kepadanya, Joko Purnomo menuliskan nama Yuli Winingsih sebagai istrinya. "Namun berdasar laporan dari pihak kepolisian, istrinya justru yang tewas dalam musiban itu," katanya penuh tanda tanya.
Kartu identitas Joko Purnomo yang diberikan kepada Labib beralamatkan di Dsea Genengsono, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, sama dengan alamat Yuli.
Sementara korban tewas lainnya, Senok, beralamatkan di Dukuh Ngemplak, Kelurahan Manggu, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo.
Farida, seorang saksi mata yang tinggal tak jauh dari rumah korban mengaku, sempat mendengar Joko Purnomo dan Senok terlibat pertengkaran beberapa saat sebelum musibah itu terjadi.
Dari keterangan warga dan Ketua RT diduga kuat peristiwa tersebut dipicu oleh perasaan cemburu, apalagi Yuli Winingsih selama ini jarang terlihat di rumah nahas itu.
Menanggapi sinyalemen adanya motif cemburu dalam peristiwa itu, Kepala Polres Mojokerto, AKBP Onto Cahyono meminta wartawan bersabar.
"Kita tunggu saja hasil penelitian dari Labfor dan pemeriksaan yang dilakukan Satreskrim," katanya.
Menurut dia, polisi masih akan mendalami kasus itu dengan memeriksa Herlina, Yuli, Labib, dan seorang warga yang tempat tinggalnya bersebelahan dengan rumah korban.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009