Jakarta (ANTARA) - Kalangan pengendara ojek dalam jaringan di Jakarta dan sekitarnya terkendala masalah permodalan untuk beralih ke layanan pesan antar usai penutupan akun pengangkutan penumpang, Jumat.
"Terus terang 70-80 persen ojol di Jabodetabek memiliki sumber pendapatan dari angkut penumpang, sedangkan untuk beralih ke pengantaran barang butuh modal," kata Ketua Presidium Nasional Gabungan Roda Dua (Garda), Igun Wicaksono di Jakarta.
Modal yang dimaksud berupa dana talangan untuk membeli pesanan konsumen berupa makanan atau barang belanjaan.
Sementara tidak semua pengendara ojol memiliki dana talangan untuk beralih dari pengantaran penumpang ke barang.
Baca juga: Polda Metro Jaya efektifkan penindakan pelanggar PSBB mulai Senin
Igun mengkritisi kebijakan penutupan akun pengangkutan penumpang di seluruh aplikasi layanan imbas pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai hari ini.
Alasannya kebijakan itu belum diiringi kompensasi yang jelas terhadap nasib pengendara ojek daring.
"Salah satu tuntutan kami ke pemerintah adalah kompensasi selama PSBB senilai Rp100 ribu per hari untuk mengganti pendapatan kami selama mengangkut penumpang serta memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.
Pengendara ojol, Ricky Riyandi Hermawan (38) mengaku tidak mempersoalkan penutupan akun pengangkutan penumpang.
"Saya memang sudah setahun terakhir fokus pada layanan Go-Food, Go-Send, Go-Shop dan Go-Mart, jadi tidak begitu terpengaruh penutupan aplikasi Go-Ride," katanya.
Ricky mengatakan, permintaan konsumen terhadap jasa antar barang sejak Jumat pagi justru meningkat hingga 70 persen dari hari normal.
"Saat situasi normal biasanya saya cuma dapat satu atau dua kali permintaan antar barang, tapi dari pagi tadi saya sudah antar sepuluh kiriman barang," katanya.
Baca juga: Hari pertama PSBB, Jalan Jenderal Sudirman lengang
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020