Sleman (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mewaspadai potensi ancaman bahaya Gunung Merapi berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif karena semakin seringnya erupsi Gunung Merapi dalam beberapa waktu terakhir.
"Hari ini (Jumat 10/4) kembali terjadi erupsi di Gunung Merapi pada pukul 09.10 WIB. Erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 103 detik. Teramati tinggi kolom erupsi kurang lebih 3.000 meter dari puncak," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Jumat.
Baca juga: Merapi kembali meletus, Selo Boyolali masih aman
Baca juga: Gunung Merapi erupsi dengan tinggi kolom 3.000 meter
Menurut dia, saat terjadi erupsi Gunung Merapi, arah angin ke Barat Laut.
"Hasil pantauan TRC BPBD Sleman hingga saat ini di wilayah Kabupaten Sleman nihil terjadi hujan abu. Masyarakat tetap beraktivitas normal seperti biasa dan situasi kondusif terkendali," katanya.
Ia mengatakan upaya yang dilakukan BPBD Sleman, di antaranya melakukan pantauan situasi kondisi wilayah pascaerupsi dan antisipasi abu vulkanik.
"Kami juga melakukan droping masker 1.000 buah di pos KSM untuk warga dan petugas/relawan di Kalitengah, Desa Glagaharjo, Cangkringan," ucapnya.
Makwan mengatakan potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.
Baca juga: Gunung Merapi erupsi dengan tinggi kolom 3.000 meter
Baca juga: Erupsi Merapi, hujan abu tipis turun di Srumbung
Baca juga: Gunung Merapi erupsi, masyarakat diimbau ikuti arahan pemerintah
"Area dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar tidak ada aktivitas manusia. Kami minta masyarakat untuk mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif," katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020